Konflik di Afghanistan
Taliban Larang Sinetron yang Tampilkan Aktor Wanita hingga Rilis Aturan Berjilbab Bagi Presenter
Pemerintah Taliban di Afghanistan mengeluarkan serangkaian 'pedoman agama' pada Minggu (21/11/2021) terkait siaran TV yang menampilkan wanita.
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Taliban di Afghanistan mengeluarkan serangkaian 'pedoman agama' pada Minggu (21/11/2021) terkait siaran TV yang menampilkan wanita.
Aturan yang dirilis Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan itu melarang jaringan TV menayangkan sinetron atau drama yang menampilkan aktris wanita.
Selain itu, wartawan dan presenter wanita juga diperintahkan untuk mengenakan jilbab saat siaran.
Kendati demikian, tidak jelas jenis jilbab seperti apa yang dimaksudkan Taliban.
Dilansir BBC, pihak pers menilai beberapa poin aturan itu tidak jelas penafsirannya.
Baca juga: Taliban Larang Televisi Menayangkan Drama dan Sinetron dengan Aktor Perempuan
Baca juga: Taliban Mulai Bayar Gaji Pegawai Negeri Afghanistan yang Telah Jatuh Tempo

Taliban sejatinya telah memberlakukan aturan ketat kepada wanita sejak memerintah Afghanistan di tahun 1990an.
Ketika itu, perempuan dilarang sekolah dan bekerja.
Pada pedoman yang baru dirilis ini, ada delapan aturan baru untuk siaran TV Afghanistan.
Selain yang disebutkan sebelumnya, Taliban juga melarang film yang bertentangan dengan prinsip syariah atau hukum Islam dan nilai-nilai Afghanistan.
Tayangan yang menunjukkan pria memperlihatkan bagian tubuh secara vulgar juga dilarang.
Selain itu, acara komedi dan hiburan yang menghina agama atau menyinggung warga Afghanistan juga tak boleh tayang.
Taliban bersikeras film asing yang bermuatan budaya asing tidak boleh ada di TV Afganistan.
Diketahui, saluran TV di negara ini kebanyakan menayangkan drama asing dengan pemeran utama wanita.
Seorang anggota organisasi wartawan di Afghanistan, Hujjatullah Mujaddedi mengaku tak menyangka dengan aturan baru itu.
Menurutnya, beberapa aturan tersebut akan menyebabkan lembaga penyiaran lambat laun terpaksa gulung tikar.
Sebelumnya, Taliban memerintahkan anak perempuan dan gadis muda untuk tidak bersekolah.
Wali Kota Kabul juga mengatakan kepada para pegawai wanita di kantor pemerintahan untuk tetap berada di rumah.

Mereka boleh masuk kerja jika tugasnya tidak dapat digantikan pria.
Taliban mengklaim pembatasan pendidikan dan pekerjaan kepada wanita ini hanya berlangsung sementara.
Kelompok militan ini hanya ingin memastikan lingkungan kerja dan pendidikan aman bagi perempuan.
Dikecam Aktris Asal Afghanistan
Seorang aktris Amerika-Afghanistan yang tinggal di Los Angeles, Fereshta Kazemi mengritik pedoman baru ini.
Menurutnya, Taliban merilis aturan sebagai upaya "penghapusan perempuan dari masyarakat".
Dilansir SBS News, Kazemi diketahui berhasil kabur dari Afghanistan tepat saat Kabul jatuh di tangan Taliban pada Agustus lalu.
"Mengerikan bahwa Taliban mengeluarkan wanita dari (drama) televisi," kata Kazemi kepada SBS News.
"Pertama mereka mengeluarkan perempuan dari sekolah, kemudian mereka mengeluarkan mereka dari pekerjaan dan sekarang mereka mengeluarkan mereka dari salah satu media paling penting yang membantu membentuk kewanitaan di negara ini," kata Kazemi.
Pedoman baru ini dirilis tiga bulan setelah Taliban mengambil alih negara dan menjanjikan pemerintahan moderat.
Lahir di Afghanistan, Kazemi bermigrasi ke AS bersama orang tuanya ketika dia baru berusia empat tahun.
Dia kembali ke Afghanistan pada 2010-an untuk bekerja sebagai aktor dan sutradara.

Baca juga: Dinilai Rusak Estetika Kawasan Perkotaan, Satpol PP Medan Bongkar Tenda Pengungsi asal Afghanistan
Baca juga: Utusan PBB: Taliban Tak Mampu Bendung Pertumbuhan ISIS-K, Hadir di Setiap Provinsi di Afghanistan
Pada 2013, dia memainkan peran utama dalam The Icy Sun, sebuah film Afghanistan tentang seorang wanita yang diperkosa dan kemudian dibenci oleh masyarakat, yang menganggapnya bertanggung jawab atas kejahatan itu alih-alih mengejar pelakunya.
Menurut Kazemi, menjadi aktor di Afghanistan saat dipimpin pemerintahan yang didukung Barat pun amat sulit.
"Bahkan ketika saya berada di sana selama masa demokrasi, ada masalah keamanan. Itu berbahaya. Saya merasa seperti sedang berjalan di garis yang sangat tipis. Seringkali saya harus menyembunyikan fakta bahwa saya adalah seorang aktris," ujarnya.
Dengan aturan baru dan di bawah rezim baru, Kazemi merasa segalanya pasti akan berubah dari buruk menjadi lebih buruk bagi industri kreatif di Afghanistan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)