Wartawan AS dibebaskan junta Myanmar setelah sempat divonis 11 tahun penjara oleh pengadilan militer
Pengadilan militer Myanmar sebelumnya menjatuhkan vonis 11 tahun penjara terhadap wartawan asal Amerika Serikat, Danny Fenster, atas tuduhan
Wartawan AS Danny Fenster telah dibebaskan dari penjara di Myanmar setelah dia dijatuhi hukuman 11 tahun penjara oleh pengadilan militer tiga hari lalu.
Dia "diampuni" sebelum dibebaskan dengan "alasan kemanusiaan", kata pemerintah militer Myanmar.
Pembebasan itu terjadi setelah negosiasi antara junta dan mantan duta besar AS untuk PBB, Bill Richardson.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Fenster telah "salah ditahan selama hampir enam bulan", dan menyambut baik pembebasannya.
Baca juga:
"Kami senang Danny akan segera berkumpul kembali dengan keluarganya, karena kami terus menyerukan pembebasan orang lain yang tetap dipenjara secara tidak adil" di Myanmar, kata Blinken.
Richardson mengungkapkan telah merundingkan pembebasan Fenster dalam pertemuan tatap muka dengan Jenderal Min Aung Hlaing, pemimpin junta militer.
Fenster selanjutnya pulang dari Myanmar dalam penerbangan ke AS melalui Qatar.
Danny Fenster and Governor Bill Richardson on the tarmac in Naypyidaw, #Myanmar on November 15, 2021. Photo credit: The Richardson Center #WhatsHappeningInMyanmar pic.twitter.com/0EXcPt4hbk
— Phyo Hein Kyaw (@exiter) November 15, 2021
[removed][removed]
Pekan lalu pengadilan militer Myanmar menjatuhkan vonis hukuman 11 tahun penjara terhadap Fenster.
Dia dinyatakan bersalah melanggar Undang-Undang Imigrasi, menjalin relasi yang melanggar hukum, dan menghasut publik untuk melawan militer.
Fenster juga dituntut atas tuduhan makar dan terorisme, perbuatan dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup.
Akan tetapi, pengadilan belum menjatuhkan vonis atas dua tuduhan tersebut.
Siapa Danny Fenster?
Danny Fenster adalah redaktur pelaksana situs berita berbahasa Inggris, Frontier Myanmar. Situs yang berbasis di Yangon itu menyebut lembaganya sebagai media yang independen. Selama ini situs tersebut dikenal banyak meliput kudeta militer di Myanmar.