Virus Corona
Pandemi Belum Usai, Raja Swedia Nilai Pembukaan Aktivitas di Negaranya Terlalu Tergesa-gesa
Raja Swedia menilai pembukaan kembali aktivitas masyarakat negara itu saat pandemi Covid-19 masih berlangsung merupakan hal yang tergesa-gesa.
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, STOCKHOLM - Raja Swedia Carl XVI Gustaf menilai pembukaan kembali aktivitas masyarakat negara itu saat pandemi virus corona atau Covid-19 masih berlangsung merupakan hal yang terlalu tergesa-gesa.
"Lambat namun mantap adalah ekspresi yang bagus, anda harus berpikir lebih jauh tentang itu. Ini mungkin berjalan sedikit cepat di beberapa area, dan kami masih harus mengikutinya," kata Carl XVI Gustaf.
Perlu diketahui, pada 29 September lalu, Swedia telah mencabut hampir semua sistem pembatasan yang terkait pandemi, menghilangkan batas, mengurangi waktu tutup untuk restoran dan bar, serta menerapkan persyaratan paspor Covid-19 dan rekomendasi kerja jarak jauh.
Kendati demikian, Raja Carl XVI Gustaf menegaskan 'Swedia harus tetap ingat bahwa pandemi belum berakhir'.
"Kami masih harus bertahan," jelas Carl XVI Gustaf.
Baca juga: Kemenkes Telusuri Dugaan Rachel Vennya Kabur saat Karantina Covid-19
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (12/10/2021), ini merupakan kali kedua Raja Swedia yang biasanya menahan diri untuk menyuarakan pendapatnya tentang masalah publik, malah melontarkan kritikan terkait cara negaranya dalam menangani pandemi Covid-19.
Sebelumnya pada Desember 2020, ia mengatakan pihak berwenang telah 'gagal' dalam melakukan pendekatan untuk mengatasi virus tersebut.
"Saya yakin kami telah gagal, banyak orang yang telah meninggal dan itu mengerikan. Itu adalah suatu hal yang sebenarnya kita rasakan bersama," tegas Carl XVI Gustaf saat itu.
Pada awal 2020, Swedia menjalankan strategi Covid-19 yang sangat berbeda dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, yakni tanpa menerapkan sistem penguncian dan hampir tanpa pemberlakuan pembatasan.
Baca juga: BPJS Kesehatan Dorong RS Ajukan Berkas Klaim Covid Secara Lengkap
Sehingga, kebijakan ini menuai banyak kritik, tidak hanya dari domestik namun juga internasional.
Hal ini menyebabkan Swedia menjadi salah satu negara Eropa yang paling terpukul pada awal pandemi.
Secara total, sekitar 1,16 juta warga Swedia telah dites positif terinfeksi virus corona, sementara hampir 15.000 telah kehilangan nyawa mereka.
Kendati demikian, mayoritas kasus diderita oleh penduduk sesama negara tetangga Nordiknya.
Namun sejak saat itu, situasinya telah merata, dengan tingkat infeksi di Swedia setara dengan negara-negara Skandinavia lainnya.
Baca juga: Jokowi Wanti-wanti Lonjakan Kasus Covid-19 pada Libur Nataru, Minta Jajaran Lakukan Antisipasi