Jumat, 3 Oktober 2025
Deutsche Welle

Korea Selatan Menilik Jerman sebagai Acuan Proses Reunifikasi

31 tahun telah berlalu sejak reunifikasi Jerman, sementara semenanjung Korea masih berselisih tentang reunifikasi Korea Selatan dan…

Lebih lanjut dia menambahkan bahwa, pengaruh bertambahnya kekuatan Cina, "jadi faktor yang rumit dari pada saat Rusia di untuk Jerman.”

"Di akhir Perang Dingin, Moskow dapat diganjar karena menghormati pilihan Jerman,” sebutnya. "Beijing jauh lebih berkuasa saat ini dan ingin menjalankan kepentingannya di Semenanjung Korea.”

Meskipun ada banyak perbedaan yang jelas antara Jerman Barat dan Timur pada tahun 1990, jurang pemisah antara Korea Selatan dan Utara sangat jelas. Perekonomian pihak Utara merupakan penghasilan sebagian kecil dari penghasilan pihak Selatan, terbesar keempat di Asia dan ke-10 di dunia. Nilai PDB Korea Selatan mencapai Rp 25,7 kuadriliun dengan rata-rata pendapatan per kapita mencapai Rp 671 juta per tahunnya. Sebagai perbandingan, PDB Korea Utara diperkirakan hanya Rp 390 triliun pada tahun 2020, dengan pendapatan per kapitanya di bawah Rp 28,5 juta per tahun.

Bertahun-tahun salah mengelola perekonomian, ditambah investasi pada senjata nuklir dan rudal balistik antar benua, membuat perindustrian, agrikultur dan infrastruktur di seluruh Korea Utara secara efektif tidak dapat dioperasikan, menjadikan negara itu hanya memiliki sedikit bahan mentah yang dapat ditambang.

Jika terjadi reunifikasi, para analis mengatakan bahwa biaya yang akan ditanggung pihak Selatan dapat melebihi Rp 42.741 kuadriliun, dan diperingatkan bahwa ada kemungkinan bertambahnya biaya tambahan yang tidak terduga.

Dampak Unifikasi: Migrasi Massal

Mengingat rendahnya standar hidup di Korea Utara dan banyaknya ambisi warga negara tersebut untuk membelot, membuat Ahn yakin jika mayoritas dari 26 juta penduduk Korea Utara akan mencoba menyeberang ke Korea Selatan, dilihat dari pengalaman Jerman Barat pada tahun 1990.

Banyaknya penduduk yang dilanda kemiskinan, ditambah pembangunan kembali Korea Utara dapat mengancam kesejahteraan ekonomi Korea Selatan, sebutnya.

"Banyak pendapat yang mengatakan bahwa Korea Utara berada di ambang kehancuran selama bertahun-tahun dan baru-baru ini disebutkan dalam waktu 30 hingga 40 tahun,” sebutnya. "Namun ada kemungkinan Kim Jong Un jatuh sakit dan sekarat atau terjadi kudeta di Pyongyang. Hal ini dapat terjadi secara mendadak, dan Korea Selatan perlu mempersiapkan segala kemungkinannya,” jelasnya.

"Tapi jika bangkrut, kondisinya mungkin akan terlihat seperti di Jerman,” tambahnya. "Pihak Korea Selatan tidak bisa juga menampung banyak orang dalam waktu bersamaan, menurut saya, kita perlu menjaga perbatasan Zona Demiliterisasi agar dapat menghentikan migrasi massal, saat dunia akan saling membantu membangun kembali Korea Utara.”

(mh/hp)

Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved