Kisah perempuan aktivis Somalia - Gagal diculik dan dibunuh, kini coba dibungkam lewat Facebook
Hanna Paranta mengalami upaya pembunuhan dan kini jadi target serangan online karena membantu perempuan yang dianiaya
Meskipun menghadapi persoalan dengan Facebook, menurutnya perusahaan ini tak mampu untuk mengidentifikasi dan mengatur laporan-laporan palsu tersebut.
Dan, menurut Paranta, dia telah menjadi korban serangan massal yang terkoordinasi.
Laporan palsu
"Saya mulai menghubungi Facebook di bulan Desember. Saya mengatakan semuanya kepada mereka. Bahwa kelompok ini ingin menutup halaman akun saya, dan mengirim ancaman kepada saya, tapi tak ada yang mendengarkan," kata Paranta.

Dia yakin, orang-orang di balik laporan ini "memiliki grup pesan Facebook lebih dari 300 anggota, di mana mereka menargetkan dan melaporkan orang".
Seorang simpatisan Paranta bergabung dengan grup ini, dan mengirimkan tangkapan layar dari percakapan di dalamnya.
Tangkapan layar ini - juga rincian tentang keluhannya telah dilaporkan ke kepolisian Inggris - yang kemudian dikirim ke Facebook.
Sejumlah tangkapan layar percakapan orang-orang ini terkait dengan keberhasilan mereka dalam membatasi halaman Facebook Paranta dan berencana untuk menghapus akun YouTube-nya.
Paranta sendiri kecewa, karena Facebook telah membekukan akunnya tanpa melakukan penyelidikan terlebih dahulu atas laporan-laporan yang masuk.
Saat menghadapi Facebook pun membuatnya frustasi: kerap dilempar ke departemen lainnya, atau dibiarkan berkomunikasi dengan pesan otomatis (bots).
Setelah BBC menghubungi Facebook untuk menanggapi tuduhan itu, Paranta mengatakan sejumlah pembatasan dalam halaman akunnya mulai dicabut beberapa bulan lalu, seperti fitur siaran-langsung atau live streaming.
Seorang juru bicara Facebook mengatakan, saat diskusi kritis diizinkan, pihaknya tidak membiarkan orang untuk melakukan "penyalahgunaan atau pelecehan" terhadap orang lain di Facebook.
"Kami menghapus konten kekerasan yang melanggar dalam aspek perhatian kami, dan penyelidikan kami tidak menemukan batasan dalam akun aktivis yang bersangkutan."
Perempuan-perempuan yang dipelihara
Amina Musse Wehelie, jurnalis dan pegiat kesehatan mental, menemukan ada seorang figur berpengaruh di Somalia yang menyokong kelompok-kelompok penggugat itu ke Facebook.