Kisah perempuan aktivis Somalia - Gagal diculik dan dibunuh, kini coba dibungkam lewat Facebook
Hanna Paranta mengalami upaya pembunuhan dan kini jadi target serangan online karena membantu perempuan yang dianiaya
"Mereka menghubungi ibu-ibu yang tidak punya pekerjaan atau tidak punya kerabat dekat - para perempuan yang sendirian dan merasa sangat jauh dari negeri mereka [Somalia].
"Mereka lantas bilang kepada ibu-ibu itu bahwa mereka 'bisa berbuat apa saja' dan mereka itu 'spesial.' Setelah itu para perempuan tersebut dibujuk untuk bekerja sama dengan mereka dan mendapat ditawari imbalan."
Maka muncul kampanye negatif dengan menyebarkan kabar-kabar bohong di media sosial atas para aktivis Somalia - dan serangan itu kian brutal terhadap Paranta dalam beberapa bulan terakhir.
"Pemimpin geng itu awalnya mengatakan bahwa saya menyelundupkan organ-organ tubuh.
"Lalu dia menuduh saya menjual para perempuan Somalia sebagai pekerja seks dan kini dia menuding saya berupaya membuat orang-orang Somalia pindah agama jadi umat Kristen," ujarnya.
Propaganda seperti ini membuat makin banyak yang melaporkan Paranta di Facebook, seakan-akan dia adalah seorang kriminal, dan itu kian menyulitkan dia untuk bekerja.
Bagi Wehelie dan Paranta, bahasa adalah alasan utama mengapa Facebook tidak menginvestigasi laporan-laporan palsu itu - dan mereka merasa tidak dianggap serius karena merupakan perempuan dari komunitas Somalia.
"Pandangan saya adalah saat orang-orang ini menggunakan bahasa mereka, Facebook tidak mengerti," kata Wehelie, yang menduga fungsi translasi di Facebook untuk Bahasa Somalia tidak berjalan baik.
Jurnalis itu yakin bahwa jalan keluarnya adalah Facebook perlu mempekerjakan lebih banyak orang Somalia untuk melakukan penerjemahan.
Sedangkan Paranta khawatir halamannya di Facebook akan terus jadi sasaran dan orang-orang yang dia tolong justru tidak akan punya siapa-siapa lagi untuk diandalkan.

Layla Mahmood merupakan reporter investigasi yang berbasis di London.
Anda mungkin juga tertarik dengan tayangan berikut ini: