Sabtu, 4 Oktober 2025

Penanganan Covid

Pemerintah Australia Ancam Penjarakan Warganya yang Nekat Kembali dari India

Kementerian kesehatan Australia mengatakan keputusan itu dibuat "berdasarkan proporsi orang di karantina yang tertular infeksi Covid-19 di India".

Editor: Hasanudin Aco
SAM PANTHAKY / AFP
Penumpang berjalan dengan barang bawaan mereka saat tiba di Bandara Internasional Sardar Vallabhbhai Patel saat penerbangan domestik dilanjutkan setelah pemerintah melonggarkan lockdown, di Ahmedabad, India pada 25 Mei 2020. 

Sejak Oktober 2020, Australia membebaskan pelancong dari Selandia Baru yang sudah terbebas dari virus corona.

Semua kedatangan dipaksa untuk melakukan - dan mendanai sendiri - karantina selama dua minggu di sebuah hotel, biasanya di ibu kota negara bagian.

Australia telah memberikan pengecualian kedatangan kepada puluhan bintang Hollywood sementara warganya berjuang untuk pulang

Saat ini, sekitar 36.000 warga negara terdaftar dalam bantuan pemerintah untuk terbang pulang, tingkat yang tetap konsisten selama setahun terakhir.

Sebelum pandemi, diperkirakan ada sekitar satu juta orang Australia yang tinggal di luar negeri.

Di awal program karantina, muncul masalah.

Jumlah orang yang kembali ke kampung halaman - kebanyakan dari Selandia Baru, AS, dan Inggris - mengancam akan membanjiri sistem karantina.

Maka pemerintah mencari solusi.

Namun, alih-alih memperluas sistem - misalnya, menambahkan pusat karantina yang dibuat khusus - otoritas Australia justru secara drastis mengurangi jumlah kedatangan pesawat yang diizinkan setiap minggunya.

Australia telah memberikan pengecualian kedatangan kepada puluhan bintang Hollywood sementara warganya berjuang untuk pulang

Saat ini sekitar 7.000 orang diperbolehkan masuk setiap pekan. Tapi jumlahnya bisa diturunkan kapan saja - menyebabkan pembatalan penerbangan dan perubahan rute.

Pada bulan Januari, jumlah berkurang setengahnya karena mutasi virus corona.

Banyak warga Australia yang terdampar menagatakan bhwa mereka akan senang jika mereka merasa seperti bergabung dalam antrean yang diperintahkan untuk pulang.

Tetapi sistem tersebut terbukti kacau dan sewenang-wenang, dan tidak memiliki ukuran untuk memprioritaskan mereka yang paling membutuhkan.

Itu berarti siapa yang pulang pada dasarnya tergantung pada maskapai penerbangan komersial.

Batasan kedatangan ke Australia telah menyebabkan harga tiket pesawat meroket, sehingga tidak terjangkau bagi banyak orang.

Pemerintah telah menyelenggarakan sejumlah penerbangan repatrias.

Namun untuk mendapatkan kursi penerbangan, warga Australia harus bersaing dengan yang lain.

Tiket pesawatnya juga tidak gratis.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved