Kisah Baru Tertembaknya Dua Pesawat Siluman AS di Tengah Perang Balkan 1999
Pesawat siluman F-117 Nighthawk ke-2 yang rusak tertembak berhasil menyelamatkan diri kembali ke pangkalan AS di Jerman.

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Sejarah mencatat sebuah pesawat bomber siluman F-117 Nighthawk ditembak jatuh pasukan pertahanan Yugoslavia di tengah perang Balkan 1999.
Puing-puing pesawat, yang diklaim tak bisa terpantau radar, berserakan di tanah Yugoslavia, dan saat itu mengejutkan kalangan militer dunia.
Cerita terbaru terkait operasi pengeboman NATO melibatkan pesawat siluman AS itu diwartakan laman Sputniknews, Kamis (3/12/2020).
Seorang pilot Angkatan Udara AS yang menerbangkan F-117 saat itu, mengungkapkan, pesawat siluman kedua juga terkena tembakan pasukan Serbia di malam berbeda.
Namun pesawat siluman F-117 Nighthawk yang rusak itu berhasil menyelamatkan diri kembali ke pangkalan AS di Jerman.
Pada Maret 1999, NATO memulai kampanye pemboman yang menghancurkan di Republik Federal Yugoslavia.
Dewan Keamanan PBB sebelumnya menolak intervensi konflik internal Yugoslavia antara orang Albania dan Serbia.
Namun NATO mengabaikan PBB. Tiga hari setelah pengeboman yang dimulai 27 Maret, pasukan Yugoslavia menembak jatuh F-117 Nighthawk.
Bagi Serbia, peristiwa ini simbol perlawanan terhebat mereka, sekaligus rontoknya supremasi militer AS lewat pesawat siluman yang pertama kali mereka operasikan di palagan perang Eropa.
Pesawat pengebom F-117 Nighthawk memiliki spek sangat tinggi dan canggih. Cat yang membalut tubuh pesawat mampu memecah gelombang radar visibilitas rendah.
Bentuknya yang bersudut-sudut, ditambah lapisan antiradar membuat pesawat ini dikalim mampu menghilang dari deteksi musuh.
Pensiunan USAF, Letnan Kolonel Pnb Charlie 'Tuna' Hainline menceritakan sisi lain perang Balkan itu pada episode terbaru podcast, The Afterburn.
Menurut Hainline, yang mulai menerbangkan "stinkbugs" tak lama setelah mereka dipublikasikan pada 1990, jet siluman itu selalu terbang berpasangan.
Begitu juga saat misi serangan darat ke Yugoslavia. Hainline terbang dari Pangkalan Udara Spangdahlem di Jerman. Lama misi saat itu sekitar enam jam.
Selama satu misi di Budapest barat yang mungkin dilakukan pada 30 April, Hainline mengatakan dia dan wingman-nya menerima hujan tembakan anti-pesawat, termasuk rudal permukaan ke udara.
Terlepas dari reputasi mereka sebagai "tak terlihat", pesawat siluman itu rupanya tidak 100 persen kebal radar.
Meski begitu ia tetapi memiliki performa terbaik jika didukung pesawat pengacau radar seperti EA-6B Prowlers atau E-18 Growlers.
Dikutip dari The War Zone , pada malam ini, pesawat siluman F-117 tidak memiliki perlindungan semacam itu.
“Saya melihat ke kanan atas Beograd, dan (melihat) misil besar ini muncul, terlihat seperti benda Saturn V,” kata Hainline kepada pembawa acara podcast John “Rain” Waters.
Maksud Hainline, itu gambaran jejak rudal mengacu roket besar yang digunakan untuk meluncurkan misi Amerika ke bulan.
“Saya tahu orang nomor dua saya ada di sana di suatu tempat. Lalu saya melihat peluncuran lain, cahaya besar ini, dan bahkan dari jauh anda bisa melihat detailnya,” katanya.
“Asapnya keluar, dan kemudian hanya bola api ini yang datang ke arahmu ... Saat aku menuju target ini, satu rudal meledak dan yang lainnya meleset," lanjutnya.
Sementara pesawat yang diterbangkannya lolos, satu unit F-117 lainnya tidak seberuntung itu.
Hainline mengatakan dia kehilangan jejak wingman-nya untuk sementara waktu, sampai secara misterius muncul kembali di tempat pertemuan tanker udara.
Semua lampu pesawat mati dan tidak dapat menyamai kecepatan KC-135 Stratotanker ketika hendak mengisi bahan bakar.
“Pesawatnya tidak dalam kondisi yang benar-benar bagus,” kenang Hainline.
Namun, pilot berhasil mengisi bahan bakar setelah kapal tankernya melambat, dan pesawat "menghilang lagi" sampai tiba kembali di Spangdahlem.
Atas upayanya mengembalikan wingman ke markas, Hainline menerima Distinguished Flying Cross atas kepahlawanan atau pencapaian luar biasa saat berpartisipasi dalam penerbangan udara.
Hainline menerbangkan pesawat pengebom A-10 Warthog sebelum beralih ke F-117 setelah Operasi Badai Gurun.
Dia menerbangkan satu misi di Irak pada awal 1993, selama pengawasan zona larangan terbang di negara itu.
Pada saat Operasi Pasukan Sekutu, pada tahun 1999, Hainline ikut tur F-117 keduanya, ditugaskan di Skuadron Tempur ke-9, "Ksatria Terbang," dan ditempatkan di Pangkalan Udara Spangdahlem di Jerman.
Dengan hanya dua bom berpemandu laser yang dibawa, Nighthawk biasanya menjatuhkan kedua senjata pada satu sasaran.
Targetnya antara lain instalasi komunikasi, termasuk tiang radio, jembatan, pabrik, bangunan yang menurut intelijen terkait individu bernilai tinggi, serta fasilitas minyak.
Pada malam misi ke Serbia, Hainline mengingat cukup banyak tembakan artileri anti-pesawat dan terkadang beberapa rudal ditembakkan.
Rudal permukaan-ke-udara (SAM) ini termasuk contoh SA-3 Goa buatan Soviet yang sama yang sebelumnya telah menjatuhkan Vega 31, kode F-117 yang ditembak jatuh paskan Serbia.
Menurut laporan, pada malam kejadian, Vega 31 tidak dikawal pesawat EA-6B Prowlers sebagai arsenal udara pengacau radar musuh.(Tribunnews.com/Sputniknews/xna)