Kisah Baru Tertembaknya Dua Pesawat Siluman AS di Tengah Perang Balkan 1999
Pesawat siluman F-117 Nighthawk ke-2 yang rusak tertembak berhasil menyelamatkan diri kembali ke pangkalan AS di Jerman.

Terlepas dari reputasi mereka sebagai "tak terlihat", pesawat siluman itu rupanya tidak 100 persen kebal radar.
Meski begitu ia tetapi memiliki performa terbaik jika didukung pesawat pengacau radar seperti EA-6B Prowlers atau E-18 Growlers.
Dikutip dari The War Zone , pada malam ini, pesawat siluman F-117 tidak memiliki perlindungan semacam itu.
“Saya melihat ke kanan atas Beograd, dan (melihat) misil besar ini muncul, terlihat seperti benda Saturn V,” kata Hainline kepada pembawa acara podcast John “Rain” Waters.
Maksud Hainline, itu gambaran jejak rudal mengacu roket besar yang digunakan untuk meluncurkan misi Amerika ke bulan.
“Saya tahu orang nomor dua saya ada di sana di suatu tempat. Lalu saya melihat peluncuran lain, cahaya besar ini, dan bahkan dari jauh anda bisa melihat detailnya,” katanya.
“Asapnya keluar, dan kemudian hanya bola api ini yang datang ke arahmu ... Saat aku menuju target ini, satu rudal meledak dan yang lainnya meleset," lanjutnya.
Sementara pesawat yang diterbangkannya lolos, satu unit F-117 lainnya tidak seberuntung itu.
Hainline mengatakan dia kehilangan jejak wingman-nya untuk sementara waktu, sampai secara misterius muncul kembali di tempat pertemuan tanker udara.
Semua lampu pesawat mati dan tidak dapat menyamai kecepatan KC-135 Stratotanker ketika hendak mengisi bahan bakar.
“Pesawatnya tidak dalam kondisi yang benar-benar bagus,” kenang Hainline.
Namun, pilot berhasil mengisi bahan bakar setelah kapal tankernya melambat, dan pesawat "menghilang lagi" sampai tiba kembali di Spangdahlem.
Atas upayanya mengembalikan wingman ke markas, Hainline menerima Distinguished Flying Cross atas kepahlawanan atau pencapaian luar biasa saat berpartisipasi dalam penerbangan udara.
Hainline menerbangkan pesawat pengebom A-10 Warthog sebelum beralih ke F-117 setelah Operasi Badai Gurun.
Dia menerbangkan satu misi di Irak pada awal 1993, selama pengawasan zona larangan terbang di negara itu.