Jumat, 3 Oktober 2025

Kemarahan Umat Islam setelah Kontroversi Ucapan Macron tentang Kartun Nabi Muhammad

Prancis mengimbau negara asing untuk menghentikan boikot produk Prancis setelah seruan Presiden Emmanuel Macron terhadap karikatur Nabi Muhammad.

ABDULMONAM EASSA / POOL / AFP
Presiden Prancis Emmanuel Macron bersama Menteri Pendidikan Prancis Jean-Michel Blanquer, berbicara di depan sebuah sekolah menengah di Conflans Saint-Honorine, 30 km barat laut Paris, pada 16 Oktober 2020, setelah seorang guru dipenggal oleh penyerang karena membawa karikatur Nabi Muhammad SAW. 

TRIBUNNEWS.COM - Prancis mengimbau negara asing untuk menghentikan boikot produk Prancis setelah seruan Presiden Emmanuel Macron terhadap karikatur Nabi Muhammad.

Mengutip The Guardian, kemarahan umat Muslim di seluruh dunia meningkat setelah Macron menyampaikan penghormatan atas meninggalnya guru sekolah Samiel Paty pekan lalu.

Ucapan Macron yang penuh kontroversi mengundang Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan buka suara dan menyerukan boikot total produk Prancis di Turki, Senin (26/10/2020).

Diberitakan sebelumnya, Samuel Paty (47) dibunuh setelah menunjukkan gambar Nabi Muhammad di kelasnya selama debat tentang kebebasan berbicara.

Baca juga: Supermarket di Negara Arab Boikot Produk Prancis Pasca Presiden Macron Dukung Kartun Nabi Muhammad

Baca juga: BKSAP DPR Desak Pemerintah Kecam Sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron

Presiden Prancis Emmanuel Macron bersama Menteri Pendidikan Prancis Jean-Michel Blanquer, berbicara di depan sebuah sekolah menengah di Conflans Saint-Honorine, 30 km barat laut Paris, pada 16 Oktober 2020, setelah seorang guru dipenggal oleh penyerang karena membawa karikatur Nabi Muhammad SAW.
Presiden Prancis Emmanuel Macron bersama Menteri Pendidikan Prancis Jean-Michel Blanquer, berbicara di depan sebuah sekolah menengah di Conflans Saint-Honorine, 30 km barat laut Paris, pada 16 Oktober 2020, setelah seorang guru dipenggal oleh penyerang karena membawa karikatur Nabi Muhammad SAW. (ABDULMONAM EASSA / POOL / AFP)

Dalam pernyataan yang tegas, Kementerian Luar Negeri Prancis menuntut seruan boikot produknya dan protes, "yang terkadang penuh kebencian" terhadap negara itu harus diakhiri.

"Seruan ini mendistorsi posisi yang dipertahankan oleh Prancis demi kebebasan hati nurani, kebebasan berekspresi, kebebasan beragama, dan penolakan setiap panggilan untuk kebencian," bunyi pernyataan itu.

"Akibatnya, seruan untuk boikot tidak ada gunanya dan harus segera dihentikan, seperti semua serangan terhadap negara kita, yang dilakukan oleh minoritas radikal," tambah pernyataan tersebut.

Pernyataan itu menambahkan, para menteri dan seluruh jaringan diplomatik Prancis sepenuhnya dimobilisasi untuk mengingatkan dan menjelaskan kepada mitra Prancis tentang kondisi yang saat ini berlangsung.

Baca juga: Buntut Kontroversi Macron, Presiden Erdogan Serukan Rakyat Turki Boikot Produk Prancis

Baca juga: Macron dan Kontroversi Kartun Nabi Muhammad yang Bikin Marah: Turki Serukan Boikot Produk Prancis

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (kiri) dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (kiri) dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron. (sputniknews.com)

Setelah para pengunjuk rasa membakar foto Macron, Erdogan menyarankan rekan Prancisnya untuk menguji kesehatan mentalnya.

“Kami menghormati semua perbedaan dalam semangat perdamaian. Kami tidak akan pernah menerima perkataan yang mendorong kebencian dan kami membela perdebatan yang masuk akal," kata Macron.

"Kita akan lanjutkan. Kami selalu berpihak pada martabat manusia dan nilai-nilai universal, "kata Presiden Prancis itu.

Baca juga: Erdogan Minta Macron Periksa Kesehatan Mental, Prancis: Komentar Presiden Turki Tak Bisa Diterima

Pemenggalan Kepala Guru di Prancis, Samuel Paty
Pemenggalan Kepala Guru di Prancis, Samuel Paty (AFP)

Tersangka Pemenggal Kepala Samuel Paty Ditembak Mati

Lebih jauh, polisi akhrinya melepaskan peluru panas ke arah Abdullah Anzorov (18), tersangka pemenggal kepala guru Prancis.

Diduga Anzarov telah memenggal kepala Paty 10 hari lalu.

Penyelidik mengatakan tersangka berkomunikasi dengan dua orang militan di Suriah tetapi tidak ada bukti serangan itu diperintahkan dari luar negeri.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved