3 Bulan Didemo Masyarakat, Begini Sosok Raja Thailand: Punya 20 Selir dan Aset Triliunan Rupiah
Tiga bulan terakhir ini Thailand diguncang aksi demonstrasi menentang monarki di bawah Raja Vajiralongkorn.
Terlepas dari pelatihan militernya, ada pertanyaan apakah pangeran cocok untuk memerintah.
Desas-desus kebiasaan berjudi, main perempuan, dan bergaul dengan bisnis ilegal muncul dan ini mengganggu reputasi pangeran.
Beberapa tahun yang lalu, muncul fotonya sedang bersepeda menggunakan baju minim di Swiss dan Jerman.
Ketika foto raja diposting di Facebook, dia mengancam akan menuntut perusahaan tersebut, dengan mengatakan gambar itu menghina.
Setelah ayahnya meninggal pada Oktober 2016, pangeran naik takhta Thailand dan menjadi Raja Rama X, raja ke-10 dari kerajaannya.
Raja Vajiralongkorn menikah empat kali dan memiliki 20 selir.
Dia juga memiliki aset senilai 43 miliar dolar (Rp 634 triliun dalam kurs saat ini) di bawah kendalinya sendiri.
Pada Oktober 2019, raja mencabut gelarnya yang mulia permaisuri, dengan alasan ketidaksetiaan.
Menurut pernyataan resmi istana kerajaan, permaisurinya itu 'ambisius', perilakunya 'tidak sopan', dan dia mencoba 'memposisikan dirinya sendiri ke keadaan yang sama dengan ratu'.
Baca juga: Raja Thailand Bebaskan Mantan Selirnya yang Dipenjara bersama 1000 Terpidana Mati
Baca juga: Mengulik Grand Hotel Sonnebichl, Tempat Raja Thailand Isolasi Diri Bersama 20 Selirnya
Meskipun Thailand adalah monarki konstitusional, raja memegang banyak kekuasaan.
Dia memerintahkan sekitar 5.000 pasukan di pengawal kerajaan.
Para pengunjuk rasa ingin mengurangi kekuatan konstitusional raja pada 2017, yang dibuat setahun setelah ia menggantikan mendiang ayahnya yang sangat dihormati, Raja Bhumibol Adulyadej.
Aktivis pro-demokrasi mengatakan, Thailand mundur dari monarki konstitusional yang didirikan ketika kekuasaan absolut kerajaan berakhir pada 1932.
Mereka mengatakan monarki terlalu dekat dengan tentara dan berpendapat bahwa ini telah merusak demokrasi.
Para pengunjuk rasa juga berupaya membatalkan hukum lese majeste yang melarang penghinaan terhadap raja.
Mereka ingin raja melepaskan kendali pribadinya untuk bisa mengambil alih kekayaan istana yang diperkirakan mencapai puluhan miliar dolar dan beberapa unit tentara.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)