12 Ribu Migran di Yunani Tidur di Jalan Pasca Kebakaran: Warga Lokal Protes, Ingin Mereka Diusir
Penduduk lokal Yunani di sekitar kamp pengungsian migran terbesar di negara itu, Moria, melakukan aksi penolakan para migran ini.
Pasca kebakaran, orang-orang dari berbagai negara ini melarikan diri ke perkebunan zaitun di sekitar lokasi kejadian.
"Kami telah kehilangan segalanya, kami ditinggalkan, tanpa makanan, air atau obat-obatan," kata Fatma Al-Hani, seorang wanita Suriah.
Pengungsi lain asal Kongo, Gaelle Koukanee, bercerita bahwa polisi memadamkan api dengan gas air mata.
"Kami memiliki anak-anak, orang tua cacat di antara kami. Mengapa mereka kurang rasa kemanusiaan?" kata ibu muda yang sedang hamil tersebut.
Beruntung, tidak ada pengungsi yang terluka parah.
Namun, kobaran api menghancurkan bagian utama kamp yang menampung 4.000 orang.
Kebakaran kedua terjadi pada Rabu (9/9/2020) malam, menghancurkan sebagian besar kamp yang tersisa.
Kemudian pada hari selanjutnya, kebakaran kecil terjadi di beberapa titik.
Saat ini, anak-anak di bawah umur sudah dievakuasi dari Pulau Lesbos ke Yunani utara.
Kamp Moria merupakan rumah bagi sekitar 12.000 migran pengungsi.

Baca: Yunani-Mesir Sahkan Kesepakatan Maritim, Setelah Turki Umumkan akan Adakan Latihan di Mediterania
Baca: Harry Maguire Ditangkap Polisi Yunani, Begini Tanggapan Manchester United
Sebenarnya jumlah ini empat kali lebih banyak dibanding kapasitas aslinya.
Menurut InfoMigrants, sekitar 70 persen orang di kamp itu berasal dari Afghanistan.
Lebih lanjut, para migran yang tinggal di sana berasal dari 70 negara.
Menteri Migrasi, Notis Mitarachi. mengatakan bahwa pencari suaka menyalakan api dalam protes atas tindakan karantina setelah 35 orang di kamp dinyatakan positif corona.
Beberapa orang yang melarikan diri dari kebakaran pada Selasa dan Rabu malam kemudian dinyatakan positif Covid-19.
Ini mempersulit upaya pemerintah mengisolasi para migran yang terjangkit virus itu.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)