Ledakan di Beirut
Update Ledakan di Beirut: 178 Tewas, 6.000 Luka-luka, 170.000 Apartemen Rusak & 120 Sekolah Ambruk
Kematian akibat ledakan Beirut meningkat menjadi 178 di tengah skeptisisme atas penyelidikan.
Diplomat tinggi AS David Hale membenarkan, FBI akan bergabung dengan penyelidikan pemerintah Lebanon.
Mereka turut serta mendesak perubahan agar memastikan hal seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi.
Polisi peradilan Prancis ikut membantu penyelidikan lantaran satu di antara warganya, menjadi korban.

Baca: Dampak Ledakan di Lebanon: Rumah Sakit Kewalahan Hingga Demo Tuntut Pemerintah Mundur Pecah
Sistem hukum Prancis memberikan yurisdiksi untuk penyelidikan, jika seorang warga negara meninggal di luar negeri dalam keadaan yang 'dipertanyakan'.
Tapi perintah tim Prancis dirahasiakan dan hanya bekerja atas undangan Lebanon.
Mereka mengatakan memiliki akses yang dibutuhkan tetapi tidak akan mengkonfirmasi apakah dapat menanyakan saksi atau meminta dokumen.
Mereka akan menyerahkan temuan mereka kepada pemerintah Lebanon tetapi akan menyimpan salinannya untuk penyelidikan terpisah yang diadakan di Prancis.

Baca: FBI Ikut Selidiki Ledakan di Pelabuhan Beirut
Ledakan tersebut, yang dicurigai adanya dugaan korupsi elit penguasa, menyebabkan beberapa protes besar-besaran di negara itu.
Padahal, Lebanon juga tengah berjuang dengan krisis ekonomi dan politik akibat pandemi.
Semakin banyak orang di Lebanon ingin penyelidikan itu sepenuhnya diambil dari tangan pemerintah mereka sendiri.
"Saya ingin penyelidikan yang cepat dan serius, namun pemerintah belum menunjukkan sampai sekarang bahwa itu adalah tugasnya," ujar pakar forensik Lebanon Omar Nachabe, dalam saluran lokal LBCI.
Terlebih, Presiden Lebanon Michael Aoun, salah satu dari beberapa pejabat Lebanon yang percaya penyelidikan independen akan "membuang-buang waktu".
(Tribunnews.com/Maliana)