Dicecar Soal Kebohongan Selama Jabat Presiden AS, Begini Reaksi Donald Trump
Donald Trump menolak pertanyaan dari reporter yang menyatakan dia telah secara konsisten berbohong kepada rakyat Amerika selama menjadi Presiden.
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump, seharusnya memberikan informasi terbaru tentang pandemi virus corona saat konferensi pers di Gedung Putih pada Kamis (13/8/2020).
Namun pengarahan tersebut justru beralih ke topik lain yang tengah menjadi sorotan di AS.
Seorang jurnalis senior dari Huffington Post, SV Date, tiba-tiba menanyakan soal hal lain terkait kepemimpinan Trump.
"Presiden, setelah tiga setengah tahun, apakah Anda menyesal terkait semua kebohongan yang Anda lakukan terhadap rakyat Amerika?" ujar Date dalam konferensi pers tersebut, dikutip dari Sky News.

Baca: Dibantu AS, Israel dan Uni Emirat Arab Sepakat Berdamai, Ini Kata Trump
Baca: Gara-Gara Donald Trump Susah Keramas, Pemerintah AS Usulkan Revisi Aturan Tekanan Air
Setelah itu, Trump meminta jurnalis tersebut untuk mengklarifikasi pertanyaannya.
"Semua bohong. Semua ketidakjujuran. Itu siapa yang melakukannya?" ujar Trump yang merasa bingung.
Date kemudian menjelaskan, dia bertanya tentang Trump sendiri.
Namun, sikap Trump justru mengalihkan pandangannya kepada jurnalis lain, untuk memberi mereka kesempatan mengajukan pertanyaan lain.
Tanpa memberikan jawaban atau pembelaan soal isu dirinya berbohong kepada rakyat Amerika.
"Silakan," tutur presiden, seakan ingin mengalihkan pertanyaan dari jurnalis Date.
Baca: Investigasi Wall Street Journal Sebutkan TikTok ‘Curi’ Data Penggunanya, Amarah Trump Ternyata Benar
Baca: Jitu Prediksi Pemenang Pilpres AS Sejak Tahun 1984, Profesor Sejarah Ini Ramal Trump akan Tumbang
Setelah pengarahan selesai, Date, yang telah lama mendesak wartawan Gedung Putih untuk menolak klaim presiden menuliskan tanggapannya.
"Selama lima tahun saya ingin menanyakan hal itu kepadanya," ujar Date dalam akun Twitter pribadinya, pada Jumat (14/8/2020) kemarin.
Sebelumnya, investigasi yang dilakukan The Washington Post mengklaim, Trump telah membuat lebih dari 20.000 pernyataan palsu atau menyesatkan sejak ia menjabat pada Januari 2017.
Rekornya berada di bawah pengawasan yang terus meningkat, karena COVID-19 terus menyebar ke sebagian besar AS.

Baca: Vaksin Covid-19 Buatan Rusia Diragukan Para Ahli dari Amerika
Terlebih AS memiliki lebih banyak kasus yang dikonfirmasi daripada negara lain dengan hanya 5,3 juta.
Terbaru, AS memiliki lebih dari 171 ribu warga yang telah meninggal akibat COVID-19 di AS.
Angka tersebut merupakan jumlah tertinggi secara global, menurut Universitas Johns Hopkins, yang melacak pandemi.
Selain soal kebohongan Trump, Date juga menyinggung soal Trump yang kerap menggunakan pengarahan persnya untuk menyampaikan pidato kampanye partisan.
Menurutnya, sikap Trump tersebut bisa melanggar hukum jika staf Gedung Putih terlibat.

Baca: Donald Trump Sebut Kamala Harris Tidak Pantas Jadi Cawapres karena Orang Tuanya Imigran
Baca: Trump Kaget Biden Pilih Kamala Harris sebagai Calon Wakil Presiden, Ini Katanya
Kala itu, Presiden terus 'membidik' Kamala Harris selama pengarahan.
Ia terus memperkuat teori konspirasi, pasangan Joe Biden dalam pemilihan mendatang itu tidak lahir di AS.
Alasan tersebut dirasa tidak memenuhi syarat untuk menjabat sebagai wakil presiden.
Kamala Harris, merupakan wanita kulit hitam pertama yang diusulkan untuk jabatan nasional oleh partai politik besar AS, lahir di Oakland, California.
Trump sebelumnya juga mempertanyakan apakah Barack Obama layak menjadi presiden karena alasan yang sama.
Ujaran Trump seketika berhenti, setelah Obama merilis akta kelahiran yang membuktikan ia lahir di Hawaii.
(Tribunnews.com/Maliana)