Pemuda Malaysia Meninggal dalam Kecelakaan yang Disebabkan Microsleep, Tidur Singkat Merenggut Nyawa
Pemuda Malaysia Meninggal dalam Kecelakaan yang Disebabkan Microsleep, Tidur Singkat Merenggut Nyawa
Namun, tak semua bagian otak tertidur.
“Jika kejadiannya begini: lagi menyetir, terus tiba-tiba bertanya sendiri ‘kok sudah sampai sini ya?’ Nah itu artinya separuh otak sudah tertidur. Kita berkendara by instinct,” tutur Dr Andreas.
Menurut Dr Andreas, para pengendara mobil sangat rentan untuk microsleep.
Saat tubuh kurang tidur, lanjutnya, kemampuan berkendara sudah turun.
“Kemampuan konsentrasi, kewaspadaan, dan respon sudah turun,” tambahnya.
Gejala mengantuk paling umum menurut Dr Andreas adalah menguap, dan mata berair.
“Apalagi kalau kepala sudah bersandar. Itu sudah sangat bahaya,” tuturnya.
Cegah microsleep
Dr Andreas menekankan, berkendara dalam kondisi mengantuk lebih berbahaya dibandingkan mabuk.
Dr Andreas mengatakan ada beberapa hal yang penting untuk dilakukan untuk mencegah microsleep.
“Obatnya ya tentu saja tidur. Pinggirkan kendaraan dulu, kemudian tidur barang 15 atau 30 menit,” tuturnya.
Jika berkendara jarak jauh, lanjut Dr Andreas, seminggu sebelumnya harus cukup tidur sekitar tujuh sampai sembilan jam setiap malam.
Kalau Anda biasa tidur pada malam hari, maka hindari berkendara jarak jauh pada malam hari.
Namun jika terbiasa tidur pada siang hari, berkendara pada malam hari menurut Dr Andreas tidak masalah.
“Kemudian berhenti untuk stretching, baru lanjutkan perjalanan,” tutupnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa Itu Microsleep dan Bahayanya Saat Berkendara"
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Kompas.com, Sri Anindiati Nursastri)