Virus Corona
Di Balik Teori Konspirasi Virus Corona dan Kekejaman Hitler
Teori konspirasianti Semit ini kemudian dijadikan pembenaran oleh Adolf Hitler untuk membasmi kaum Yahudi lewat Holocaust.
“Perasaan bahwa mereka memiliki informasi eksklusif, yang tidak dimiliki orang awam yang mereka nilai naif, menjadi alasan berikutnya bagi populernya teori konspirasi“, papar Imhoff lebih lanjut.
Riset menunjukkan, orang punya tendensi untuk mengembangkan hoaks atau teori konspirasi jika mereka merasa kehilangan kontrol pada kehidupannya.
Dalam dunia modern dan global yang sangat kompleks saat ini, perasaan tersebut bukan hanya menyergap kaum marjinal, tapi juga menyerang kelompok yang berpendidikan dan golongan berpunya. Keinginan untuk punya kepastian mempersatukan mereka.
Bagaimana kita harus bersikap?
Seringkali tema-tema yang diangkat pendukung terori konspirasi atau media-media tukang plintir dan tipu-tipu, tidak lagi hanya mendarat di linimasa media sosial tapi jadi tema diskusi nyata sehari-hari.
Dialog model apa yang bisa terjalin, jika logika tidak lagi dipedulikan, kausalitas tidak dibedakan dari korelasi dan media, tetap menuturkan kebohongan?
Roland Imhoff kembali menegaskan, fungsi dari teori konspirasi adalah untuk memuaskan kebutuhan mengontrol kehidupan sendiri, untuk keamanan dan memprediksi apa yang terjadi.
Jadi saat berdiskusi dengan teman atau keluarga, perlu menanggapi serius kebutuhan ini, tanpa mempedulikan narasi teori konspirasinya.
Ahli psikologi itu mengingatkan, keamanan dan kontrol absolut hanya bisa ditemukan dalam mimpi tentang dunia ilusi berbunga-bunga dan penuh bintang. Juga teori konspirasi paling hebat sekalipun, tidak akan dapat mengubah hal tersebut. (as/ pkp)