Virus Corona
Di Balik Teori Konspirasi Virus Corona dan Kekejaman Hitler
Teori konspirasianti Semit ini kemudian dijadikan pembenaran oleh Adolf Hitler untuk membasmi kaum Yahudi lewat Holocaust.
Misalnya di Jerman kini muncul teori konspirasi, bahwa Menteri Kesehatan Jens Spahn dulu ikut Leadership Program yang dibayai sebuah bank, dimana salah seorang kerabat jauh dari salah seorang pamannya bekerja pada seorang perempuan yang dulu pernah bekerja untuk Bill Gates.
Tidak perlu logika
Para pencetus berita palsu, hoaks atau teori konspirasi juga tidak perlu narasi logis.
“Pasalnya, para pengikut mereka juga tidak perlu logika atau bahkan tidak peduli logika yang bertabrakan,'' ujar Imhoff menyitir salah satu riset yang ia kerjakan.
Misalnya dalam kasus kecelakaan Putri Diana dari Inggris.
“Orang-orang yang meyakini Lady Di dibunuh oleh dinas rahasia, juga mereka yang meyakini Lady Di kini masih hidup disebuah pulau terpencil agar tidak direcoki“, ujar ahli psikologi Jerman itu.
Bagi pengikut hoaks atau teori konspirasi, apa yang terjadi pada subyek bahasan tidak lagi penting.
Bagi mereka target politisnya adalah : “pokoknya“ penguasa melakukan pembohongan pada rakyat. Titik.
Siapa yang mengeruk untung?
Selain bertujuan politik, tujuan lain dari teori konspirasi dan hoaks adalah meraup untung sebesar-besarnya.
Misalnya saja Alex Jones, penyiar acara radio dan penyebar teori konspirasi asal AS, melontarkan hoaks tentang kiamat akibat Covid-19 lewat perusahaan miliknya Infowars.
Dalam waktu bersamaan, lewat toko-toko yang berafiliasi ke Infowars, Jones menjual makanan suplemen, alat teknik keamanan dan peralatan survival.
“Dengan menyebarkan hoaks dan teori konspirasi kiamat dunia, Jones meraup untuk dari bisnis yang marak.''
Siapa yang gampang percaya teori konspirasi?
Menyebarkan dan mempercayai teori konspirasi, hoaks atau berita palsu memberikan perasaan percaya diri semu kepada para penganutnya.