Jumat, 3 Oktober 2025

Tingkat Bunuh Diri di Jepang Turun 20 Persen pada April 2020

Tingkat bunuh diri di Jepang dilaporkan turun 20 persen pada bulan April 2020, dibandingkan dengan waktu yang sama April 2019 lalu.

GaijinPot Travel
Danau Kawaguchiko di kaki Gunung Fuji, Jepang. 

TRIBUNNEWS.COM - Tingkat bunuh diri di Jepang dilaporkan turun 20 persen pada bulan April 2020 jika dibandingkan dengan waktu yang sama pada April 2019 lalu.

Dikutip Tribunnews dari The Guardian, Kamis (14/5/2020), angka bunuh diri ini merupakan penurunan terbesar dalam lima tahun.

Meski alami penurunan, pada awalnya pandemi ini menyebabkan kekhawatiran karena saluran pencegahan bunuh diri tidak beroperasi atau kekurangan staf untuk menangani laporan.

Baca: Hotline Bunuh Diri Jepang Kewalahan saat Corona, Ada yang Stres Terlalu Lama Bersama Anak di Rumah

Baca: Pasangan di India Bunuh Diri, Kesal Rencana Pernikahan Tertunda Gara-gara Lockdown

Banyak orang yang diketahui menghabiskan lebih banyak waktu di rumah bersama keluarga mereka.

Lebih sedikit orang bepergian ke tempat kerja, selain itu penundaan awal tahun sekolah dipandang sebagai faktor-faktor penurunan tingkat bunuh diri.

Sebelumnya, pada April 2020, sekira 1.455 orang bunuh diri di Jepang.

Angka bunuh diri itu dilaporkan, 359 lebih sedikit dari pada April 2019.

Peningkatan Bullying dan Masalah Lain

Sebagaimana diketahui, wabah virus corona juga melanda Jepang.

Merebaknya virus coroana menyebabkan pembatasan di berabagai prefektur di Jepang.

Di tengah penurunan tingkat bunuh diri dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan tindakan bullying dan masalah lain di sekolah terhadap anak-anak.

Pada awal tahun akademik, di mana bagi warga Jepang merupakan waktu yang sangat menegangkan bagi sebagian orang.

Namun, semua itu ditunda karena pandemi.

Ini mungkin telah 'menyelamatkan banyak nyawa', setidaknya untuk sementara waktu.

Baca: Jepang Longgarkan Status Darurat, Sementara Wuhan Mulai Pengujian Baru untuk Virus Corona

Baca: Jepang Cabut Keadaan Darurat Covid-19 di 39 Prefektur

Terkait hal ini, mantan Kepala Layanan Konseling Telepon Federasi Jepang Inochi-no-Denwa dan Ketua Asosiasi Jepang untuk Pencegahan Bunuh Diri memberikan tanggapannya.

"Sekolah adalah tekanan bagi beberapa anak muda," kata Yukio Saito.

"Tetapi April ini tidak ada tekanan seperti itu," tambahnya.

"Di rumah bersama keluarga, mereka merasa aman," terangnya.

Sebagaimana diketahui, tingkat bunuh diri dipengaruhi beberapa faktor.

Di Jepang, tingkat stres karena faktor akademik diklaim cukup tinggi.

Mengingat keadaan saat ini Jepang dilanda pandemi, pemerintah membatasi aktivitas berbagai sektor, termasuk akademik.

Untuk itu, penundaan awal masuk tahun ajaran baru dinilai sebagai hal baik, karena tekanan yang dialami penduduk Jepang sangat tinggi, terutama menyangkut pendidikan.

Berpikir Tentang Bunuh Diri

Sementara itu, menurut Saito, orang dewasa saat menghadapi krisis nasional dan bencana, secara tradisional tidak terpikir untuk bunuh diri.

Lebih lanjut, Saito menyebutkan beberapa faktor yang berkontribusi pada tingkat bunuh diri.

Saat ini, jumlah orang Jepang yang bepergian ke kantor berkurang.

Padahal, biasanya, banyak orang bekerja berjam-jam di kantor.

Menurut Saito, in merupakan faktor yang berkontribusi pada rendahnya tingkat bunuh diri di Jepang.

Krisis Keuangan Asia 1997

Lebih jauh, pada saat krisis keuangan Asia 1997, Saito mengatakan terjadi peningkatan hampir 35 persen tingkat bunuh diri.

Saito merefleksikan keadaan saat terjadi pandemi ini dengan krisis yang terjadi pada 1997 lalu.

Kemudian, Saito mengatakan, resesi ekonomi yang berkepanjangan yang disebabkan oleh pandemi dapat menyebabkan rebound dalam kasus-kasus bunuh diri.

Baca: Hotline Bunuh Diri Jepang Kewalahan saat Corona, Ada yang Stres Terlalu Lama Bersama Anak di Rumah

Baca: Deretan Fakta Suami di Malang Aniaya Istri Pakai Gergaji, Pelaku Diduga Bunuh Diri, Lompat dari Atap

Infeksi Virus Corona

Untuk diketahui, infeksi virus corona baru mencapai puncaknya pada pertengahan April 2020 di Jepang.

Pemerintah kabarnya mencatat lebih dari 500 kasus yang dikonfirmasi per hari.

Hal ini membuat pemerintah mengumumkan keadaan darurat pada 16 April 2020 kemarin.

Meski pembatasan yang diberlakukan Jepang tidak seketat negara-negara lain.

*Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.

Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.

Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan bunuh diri, satu di antaranya adalah:

Hotline Psychology Mobile RSJD dr Arif Zainudin Surakarta 08122551001

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved