Tingkat Bunuh Diri di Jepang Turun 20 Persen pada April 2020
Tingkat bunuh diri di Jepang dilaporkan turun 20 persen pada bulan April 2020, dibandingkan dengan waktu yang sama April 2019 lalu.
"Sekolah adalah tekanan bagi beberapa anak muda," kata Yukio Saito.
"Tetapi April ini tidak ada tekanan seperti itu," tambahnya.
"Di rumah bersama keluarga, mereka merasa aman," terangnya.
Sebagaimana diketahui, tingkat bunuh diri dipengaruhi beberapa faktor.
Di Jepang, tingkat stres karena faktor akademik diklaim cukup tinggi.
Mengingat keadaan saat ini Jepang dilanda pandemi, pemerintah membatasi aktivitas berbagai sektor, termasuk akademik.
Untuk itu, penundaan awal masuk tahun ajaran baru dinilai sebagai hal baik, karena tekanan yang dialami penduduk Jepang sangat tinggi, terutama menyangkut pendidikan.
Berpikir Tentang Bunuh Diri
Sementara itu, menurut Saito, orang dewasa saat menghadapi krisis nasional dan bencana, secara tradisional tidak terpikir untuk bunuh diri.
Lebih lanjut, Saito menyebutkan beberapa faktor yang berkontribusi pada tingkat bunuh diri.
Saat ini, jumlah orang Jepang yang bepergian ke kantor berkurang.
Padahal, biasanya, banyak orang bekerja berjam-jam di kantor.
Menurut Saito, in merupakan faktor yang berkontribusi pada rendahnya tingkat bunuh diri di Jepang.
Krisis Keuangan Asia 1997
Lebih jauh, pada saat krisis keuangan Asia 1997, Saito mengatakan terjadi peningkatan hampir 35 persen tingkat bunuh diri.