Pejabat AS Akui Ingin Lemahkan Rusia di Suriah, Misi Lawan ISIS Sudah Usai
Utusan Khusus AS untuk Suriah, James Jeffrey, mengaku tugas AS mengalahkan ISIS di Suriah sudah selesai.
TRIBUNNNEWS.COM, BEIRUT – Utusan Khusus AS untuk Suriah, James Jeffrey, mengaku tugas AS mengalahkan ISIS di Suriah sudah selesai.
Kini mereka tetap hadir di negara itu untuk menciptakan Vietnam atau Afghanistan baru untuk Rusia.
Pengakuan Jeffrey disampaikan lewat telewicara di Institut Hudson, Selasa (12/5/2020). Pernyatannya dikutip Russia Today, Rabu (13/5/2020).
"Kehadiran militer kami, walaupun kecil, penting untuk perhitungan keseluruhan. Jadi kami mendesak Kongres, rakyat Amerika, Presiden untuk tetap mempertahankan pasukan ini,” kata Jeffrey.
“Tapi sekali lagi ini bukan Afghanistan, ini bukan Vietnam, ini bukan sebuah rawa," imbuhnya. “ Pekerjaan saya adalah membuatnya menjadi rawa bagi Rusia,” lanjut Jeffrey.

Frasa itu jadi kiasan dan bahasa politik lama AS ketika Uni Soviet menyerbu dan menduduki Afghanistan.
AS menggunakan kelompok-kelompok militant dan mujahidin Afghanistan untuk mengganggu dan pada akhirnya merepotkan pasukan Soviet.
Kedatangan pasukan ekspedisi Rusia pada akhir 2015, menyusul undangan dari Damaskus, mengubah gelombang perang di Suriah.
Dengan bantuan mereka, pasukan pemerintah menggulung kembali teroris Negara Islam (ISIS) dan militan lainnya.
Koalisi pasukan Suriah, Rusia, Hezbollah Lebanon, pasukan Al Quds Garda Republik Iran, termasuk paramiliter Palestina di Suriah, menghantam kelompok bersenjata yang didukung AS, Turki, dan Arab.
Perubahan besar itu benar-benar mengubah skenario AS yang berusaha mendongkel Presiden Bashar Assad di Damaskus.
Jeffrey enggan mengakui militer Rusia telah berhasil di Suriah, tetapi berpendapat mereka tidak memiliki jalan keluar politik dari masalah mereka.
Sebaliknya, AS punya tujuan menawarkan jalan ke depan melalui PBB, mungkin merujuk pada Resolusi 2254, yang sejak lama ditafsirkan Washington Bashar Assad harus pergi.
Pengakuan itu adalah langkah di luar sambutannya pada awal Maret, ketika ia mengatakan kepada wartawan, AS bertujuan membuat sangat sulit Rusia.
Presiden AS Donald Trump berulang kali menolak campur tangan pembangunan kembali di Suriah, dan berusaha menarik pasukan AS dari Suriah, Irak, dan Afghanistan.