Virus Corona
PM Inggris, Boris Johnson Minta Warga Kembali Kerja dan Rilis Slogan yang Bingungkan Publik
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson pada Minggu (10/5/2020) lalu meminta warga Inggris agar kembali bekerja bila tidak bisa dilakukan dari rumahnya
2. Mengarantina kedatangan melalui bandara.
3. Sistem peringatan lima tingkat baru, seperti yang digunakan Inggris untuk ancaman teror, akan digunakan oleh pusat biosekuriti.
4. Menggalakkan slogan 'tetap di rumah' dan 'tetap waspada'.
5. Sekolah dasar dapat dibuka mulai 1 Juni jika memungkinkan.
6. Juli mendatang toko-toko dan perhotelan akan dibuka kembali, tapi tergantung keadaan.
Pemimpin oposisi utama Partai Buruh, Keir Starmer mengatakan bahwa pernyataan Johnson tidak memiliki kejelasan sebagaimana yang dibutuhkan negara.
"Pesan dasar, tetap waspada, tidak cukup jelas dan pernyataan Perdana Menteri menimbulkan banyak pertanyaan seperti yang dijawab," katanya.
"Saya pikir ada masalah nyata di sini. Pada dasarnya, mereka yang tidak bisa bekerja di rumah disuruh pergi kerja besok."
"Itu jutaan orang dan itu berarti pergi bekerja dalam waktu sekitar 12 jam, dicampur dengan pesan bahwa jika mungkin untuk melakukannya, jangan gunakan transportasi umum itu hal yang cukup untuk orang pada besok pagi," jelasnya.
Pesan 'tetap waspada' yang ditulis Johnson pada Twitternya, Minggu lalu memang menuai kritik dan ejekan karena dianggap tidak jelas.
Pesan dari perdana menteri ini juga bertentangan dengan tiga negara bagian Inggris yakni Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara.
Ketiga wilayah ini memperpanjang penguncian mereka hingga 28 Mei.
Para pejabat di tiga negara bagian ini mengaku Downing Street tidak berkoordinasi dengan mereka mengenai pesan barunya.
Baca: Dua Pekan Inggris Karantina yang Tiba di Terminal Kedatangan Demi Cegah Gelombang Kedua Corona
Baca: Boris Johnson Peringatkan Risiko Lonjakan Korban Jiwa Inggris Bila Lockdown Buru-buru Dilonggarkan
Menteri Pertama Skotlandia, Nicola mengatakan bahwa orang-orang di wilayahnya mulai berolahraga sejak Senin, tetapi semua aturan lockdown lainnya akan dipertahankan.
"Kita tidak boleh menyia-nyiakan kemajuan kita dengan melonggarkan terlalu cepat, atau dengan mengirim pesan campuran yang membuat orang berpikir tidak apa-apa untuk mereda sekarang."
"Biarkan saya menjadi sangat blak-blakan tentang konsekuensinya jika kita melakukan itu, orang akan mati tanpa perlu. Kita tidak boleh mengambil risiko itu," jelas Nicola.
Inggris adalah salah satu negara yang paling terpukul di dunia dalam pandemi ini.
Lebih dari 31.000 orang telah meninggal, menurut data pemerintah.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)