Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

India Bilang Alat Rapid Test dari China Rusak, Beijing: Itu Barang Berkualitas

India membatalkan pesanan setengah juta alat rapid test dari China karena menganggap alat itu rusak.

Penulis: Ika Nur Cahyani
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Petugas medis menunjukkan hasil drive thru rapid tes Covid-19 Siloam Hospitals Group dan Lippo Malls Indonesia di Senayan Jakarta, Kamis (23/4/2020). Rapid tes drive thru itu diadakan hingga 30 April 2020 mendatang dan bertujuan agar masyarakat mengikuti skrining dengan lebih cepat, mudah, dan aman karena meminimalisir kontak fisik antara pemeriksa dengan yang diperiksa. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM - India membatalkan pesanan setengah juta alat rapid test dari China karena ada beberapa yang rusak.

Pemerintah pusat di New Delhi juga menarik alat itu dari sejumlah negara bagian.

Diketahui alat rapid test digunakan untuk mengecek antibodi pada tubuh yang mungkin terinfeksi corona dengan cepat.

Rata-rata hanya dalam 30 menit hasilnya sudah bisa diketahui, sebagaimana dikutip dari BBC

 

Baca: Lyon dan Amiens Akan Ajukan Gugatan Hukum Terkait Terhentinya Liga Prancis

Baca: Bayi di Cianjur Jawa Barat Diberi Nama Corona, Sang Ayah Beberkan Maknanya

Langkah India ini dibantah China dengan mengatakan bahwa alat tes ini sangat berguna untuk memahami skala infeksi di area tertentu.

Selain itu pihak China mengaku bahwa semua alat tes terjamin kualitasnya.

Baca: Rencana Kedatangan 500 TKA dari China, Penjelasan Luhut hingga Peringatan DPR

"Kualitas produk medis yang diekspor dari Tiongkok diprioritaskan."

"Tidak adil dan tidak bertanggung jawab bagi individu-individu tertentu untuk menyebut produk-produk Cina sebagai 'kesalahan' dan melihat masalah dengan prasangka pre-emptive," kata juru bicara kedutaan besar China, Ji Rong pada Selasa (28/4/2020).

Pekerja kota yang mengenakan pakaian hazmat berjalan di daerah residensial untuk survei kesehatan dari pintu ke pintu selama penguncian nasional yang diberlakukan pemerintah sebagai tindakan pencegahan terhadap coronavirus COVID-19, di Kolkata. India. Rabu (29/4/2020). (AFP/Dibyangshu SARKAR)
Pekerja kota yang mengenakan pakaian hazmat berjalan di daerah residensial untuk survei kesehatan dari pintu ke pintu selama penguncian nasional yang diberlakukan pemerintah sebagai tindakan pencegahan terhadap coronavirus COVID-19, di Kolkata. India. Rabu (29/4/2020). (AFP/Dibyangshu SARKAR) (AFP/DIBYANGSHU SARKAR)

China berusaha membantu India memerangi virus corona dengan tindakan nyata dan memastikan kualitas ekspor medisnya menjadi prioritas bagi produsen, menurut pernyataan itu.   

China mengatakan, test kit adalah produk medis berkualitas yang memiliki persyaratan ketat untuk penggunaan, penyimpanan, dan transportasi.

Dia mengatakan Beijing akan terus mendukung perjuangan India melawan pandemi corona.   

Sejatinya alat rapid test tidak bisa menguji positif tidaknya seseorang terhadap Covid-19.

Bahkan sejumlah ilmuwan merasa prihatin karena alat ini kerap digunakan sebagai landasan diagnosis.

Pembelian rapid test berawal dari berbagai negara bagian India yang mendorong Dewan Penelitian Medis India (ICMR) untuk mengizinkan penggunaan alat itu.

Para pemimpin negara bagian khawatir dengan tingkat tes di India yang cenderung rendah.

ICMR awalnya enggan, namun menyetujuinya dan mengimpor rapid test dari dua perusahaan China.

Segera setelah itu, negara-negara bagian mulai mengeluh bahwa alat itu memiliki tingkat akurasi hanya 5 persen.

Mereka juga mengaku sudah mengetes pasien positif Covid-19 dengan alat itu, namun hasilnya justru negatif antibodi.

Alat rapid test itu juga gagal dalam pemeriksaan kualitas oleh ICMR.

"Hasilnya menunjukkan variasi yang luas dalam sensitivitas mereka," kata ICMR pada Senin.  

Baca: Aktor India Irrfan Khan yang Dikenal dalam Perannya di Life of Pi, Meninggal Dunia

Baca: Terbukti Efektif saat Digunakan Pada Monyet, Vaksin Oxford Corona Menuju Produksi Massal di India

Pada Senin lalu, masalah ini semakin rumit setelah pengadilan tinggi Delhi membatasi harga tes dan mengatakan bahwa pemerintah telah membayar lebih.

Namun pemerintah mengatakan bahwa negara tidak akan kehilangan uang sepeserpun meski membatalkan pesanan itu.

Sebab pemerintah belum membayar lunas dan membatalkan semua pengiriman.

China telah menjadi produsen dan pengekspor peralatan medis dan peralatan APD selama wabah Covid-19 menjangkiti dunia.

Sebelumnya, China menghadapi banyak keluhan dari beberapa negara tentang masker yang rusak dan APD dengan kondisi serupa.

Baca: Gigi Hadid Akui Hamil, Ungkap Ngidam Makanan Ini Setiap Hari & Menangis Tiap 5 Menit, Kenapa?

Baca: Nutrisi Makanan yang Dianjurkan Dokter PSIS Semarang untuk Sahur dan Berbuka Puasa

Hingga Jumat (1/5/2020) India mencatat 34.863 kasus infeksi corona.

Ada 1.154 orang meninggal dunia dan 9.068 yang sembuh.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)  

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved