Virus Corona
India Bilang Alat Rapid Test dari China Rusak, Beijing: Itu Barang Berkualitas
India membatalkan pesanan setengah juta alat rapid test dari China karena menganggap alat itu rusak.
TRIBUNNEWS.COM - India membatalkan pesanan setengah juta alat rapid test dari China karena ada beberapa yang rusak.
Pemerintah pusat di New Delhi juga menarik alat itu dari sejumlah negara bagian.
Diketahui alat rapid test digunakan untuk mengecek antibodi pada tubuh yang mungkin terinfeksi corona dengan cepat.
Rata-rata hanya dalam 30 menit hasilnya sudah bisa diketahui, sebagaimana dikutip dari BBC.
Baca: Lyon dan Amiens Akan Ajukan Gugatan Hukum Terkait Terhentinya Liga Prancis
Baca: Bayi di Cianjur Jawa Barat Diberi Nama Corona, Sang Ayah Beberkan Maknanya
Langkah India ini dibantah China dengan mengatakan bahwa alat tes ini sangat berguna untuk memahami skala infeksi di area tertentu.
Selain itu pihak China mengaku bahwa semua alat tes terjamin kualitasnya.
Baca: Rencana Kedatangan 500 TKA dari China, Penjelasan Luhut hingga Peringatan DPR
"Kualitas produk medis yang diekspor dari Tiongkok diprioritaskan."
"Tidak adil dan tidak bertanggung jawab bagi individu-individu tertentu untuk menyebut produk-produk Cina sebagai 'kesalahan' dan melihat masalah dengan prasangka pre-emptive," kata juru bicara kedutaan besar China, Ji Rong pada Selasa (28/4/2020).

China berusaha membantu India memerangi virus corona dengan tindakan nyata dan memastikan kualitas ekspor medisnya menjadi prioritas bagi produsen, menurut pernyataan itu.
China mengatakan, test kit adalah produk medis berkualitas yang memiliki persyaratan ketat untuk penggunaan, penyimpanan, dan transportasi.
Dia mengatakan Beijing akan terus mendukung perjuangan India melawan pandemi corona.
Sejatinya alat rapid test tidak bisa menguji positif tidaknya seseorang terhadap Covid-19.
Bahkan sejumlah ilmuwan merasa prihatin karena alat ini kerap digunakan sebagai landasan diagnosis.
Pembelian rapid test berawal dari berbagai negara bagian India yang mendorong Dewan Penelitian Medis India (ICMR) untuk mengizinkan penggunaan alat itu.
Para pemimpin negara bagian khawatir dengan tingkat tes di India yang cenderung rendah.
ICMR awalnya enggan, namun menyetujuinya dan mengimpor rapid test dari dua perusahaan China.
Segera setelah itu, negara-negara bagian mulai mengeluh bahwa alat itu memiliki tingkat akurasi hanya 5 persen.
Mereka juga mengaku sudah mengetes pasien positif Covid-19 dengan alat itu, namun hasilnya justru negatif antibodi.
Alat rapid test itu juga gagal dalam pemeriksaan kualitas oleh ICMR.
"Hasilnya menunjukkan variasi yang luas dalam sensitivitas mereka," kata ICMR pada Senin.
Baca: Aktor India Irrfan Khan yang Dikenal dalam Perannya di Life of Pi, Meninggal Dunia
Baca: Terbukti Efektif saat Digunakan Pada Monyet, Vaksin Oxford Corona Menuju Produksi Massal di India
Pada Senin lalu, masalah ini semakin rumit setelah pengadilan tinggi Delhi membatasi harga tes dan mengatakan bahwa pemerintah telah membayar lebih.
Namun pemerintah mengatakan bahwa negara tidak akan kehilangan uang sepeserpun meski membatalkan pesanan itu.
Sebab pemerintah belum membayar lunas dan membatalkan semua pengiriman.
China telah menjadi produsen dan pengekspor peralatan medis dan peralatan APD selama wabah Covid-19 menjangkiti dunia.
Sebelumnya, China menghadapi banyak keluhan dari beberapa negara tentang masker yang rusak dan APD dengan kondisi serupa.
Baca: Gigi Hadid Akui Hamil, Ungkap Ngidam Makanan Ini Setiap Hari & Menangis Tiap 5 Menit, Kenapa?
Baca: Nutrisi Makanan yang Dianjurkan Dokter PSIS Semarang untuk Sahur dan Berbuka Puasa
Hingga Jumat (1/5/2020) India mencatat 34.863 kasus infeksi corona.
Ada 1.154 orang meninggal dunia dan 9.068 yang sembuh.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)