Virus Corona
169 Infeksi Baru jadi Lonjakan Tertinggi di China April Ini, Kasus Impor Picu Sentimen Anti Asing
China mengalami kenaikan jumlah kasus infeksi yang cukup tinggi dalam lima pekan terakhir.
TRIBUNNEWS.COM - China mengalami kenaikan jumlah kasus infeksi yang cukup tinggi dalam lima pekan terakhir.
Pada Senin (13/4/2020) lalu, pemerintah China mengumumkan bahwa ada penambahan 169 infeksi baru.
Sebagian besar yakni 61 diantaranya adalah kasus asimptomatik atau tanpa gejala.
Sementara itu 98 lainnya adalah kasus impor, yaitu berasal dari orang-orang yang datang dari luar negeri.
Mengutip NPR, jumlah ini adalah yang tertinggi sejak 6 Maret silam.
Baca: Jangan Pernah Berani Lakukan Vandalisme di Tembok Besar China, Ini Akibatnya
Baca: Wah, Jepang Bersedia Bayar Perusahaan yang Mau Hengkang dari China
Peningkatan ini tentu memicu kekhawatiran baru adanya gelombang kedua pandemi Covid-19 di Negeri Tirai Bambu ini.
Hingga Selasa (14/4/2020) Worldometers mencatat 82.249 kasus infeksi di China sejak awal pandemi ini mucul di Wuhan.
Sementara itu, angka mortalitasnya mencapai 3.341 dan ada 77.738 pasien yang berhasil sembuh.

Sebagai perbandingan, Amerika Serikat memiliki kasus dan jumlah kematian terbesar di dunia.
Dengan angka infeksi lebih dari 585.000 dan kematian melebihi 23.000.
Kasus corona di China memuncak pada pertengahan Februari lalu.
Sedangkan pada awal April ini, Beijing melaporkan satu hari tanpa penambahan kasus sejak awal wabah ini merebak di sana.
Tetapi China mendapati banyak tuduhan menutup informasi terkait krisis kesehatan yang diduga bersumber dari Wuhan, China ini.
Padahal lebih banyak transparansi akan memberikan gambaran jelas pada dunia.
Sehingga negara lain yang terinfeksi punya lebih banyak waktu untuk mempersiapkan diri dari wabah Covid-19.
Presiden Trump sendiri berulang kali menyalahkan Cina atas pandemi ini, hingga baru-baru ini menyebut coronavirus novel sebagai "virus China."
Kasus Impor Resahkan Warga Afrika di Guangzhou
Komunitas Afrika di Guangzhou gelisah setelah postingan para warga Afrika yang tidur di jalanan viral di media sosial pada minggu ini.
Mengutip CNN, kasus impor di China telah memicu xenofobia atau sentimen anti warga asing.
Di kota Cina selatan, orang Afrika diusir dari rumah mereka oleh pemilik rumah dan dikeluarkan dari hotel.
Padahal banyak dari mereka mengaku tidak memiliki riwayat perjalanan baru-baru ini dan kontak dengan pasien corona.
Menurut laporan CNN, banyak dari warga Afrika di Guangzhou ini diusir dari rumah, menjadi sasaran tes acak Covid-19, dan dikarantina selama 14 hari di rumah mereka meski tidak memiki gejala atau kontak.
Saat dikonfirmasi terkait hal ini, pihak otoritas kesehatan di provinsi Guangdong dan Biro Keamanan Umum Guangzhou enggan berkomentar.
Awal pekan ini , Presiden China Xi Jinping mendesak pemerintah untuk secara cermat mengawasi kasus-kasus impor dari negara lain.
Namun sejatinya pada 26 Maret lalu, Wakil Menteri Luar Negeri Luo Zhaohui mengatakan 90% dari kasus impor Tiongkok memiliki paspor Tiongkok.
"Sejak awal wabah koronavirus, China dan negara-negara Afrika selalu saling mendukung dan selalu berjuang melawan virus bersama," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian.
"Saya ingin menekankan bahwa pemerintah China memperlakukan semua orang asing di China setara, menentang perlakuan berbeda pada kelompok tertentu, dan tidak mentolerir kata-kata dan tindakan diskriminatif."
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)