Virus Corona
Petugas Pemakaman di New York Cerita Banyaknya Warga Korban Corona yang Dimakamkan Tiap Hari
Sekalipun sudah bekerja dengan kapasitas maksimum, jadwal sudah penuh sampai akhir minggu depan.
Pandemi ini telah mengubah New York. Tadinya ia adalah kota yang tak pernah tidur, kini menjadi kota yang sangat sepi.
Begitu tenang dan sepinya kota itu sehingga kita bisa menyebrang jalan utama tanpa harus menunggu lampu lalu lintas berganti. Atau, kalau ada koin terjatuh di seberang jalan, kita bisa mendengarnya dengan jelas.
Ketenangan itu sesekali pecah oleh sirene ambulans yang lewat.
Selain itu, setiap hari pukul 7 malam, warga New York akan bersorak dan bertepuk tangan dari jendela mereka untuk menghormati para pekerja medis.
Sejenak kota itu mendapatkan lagi semangat mereka.
Pihak berwenang telah memperpanjang penutupan sekolah dan tempat usaha, juga melarang pertemuan umum sekurangnya hingga 29 April dengan denda US$1.000 bagi pelanggar.
Sekalipun polisi tidak secara tegas mengendalikan pergerakan manusia, 8,6 juta warga New York umumnya patuh dan tinggal di dalam rumah mereka selama bisa.
Suasana darurat kesehatan tak mungkin dihindari.
Bahkan bagi warga yang ingin berolahraga di taman utama kota itu, Central Park.
Sebuah rumah sakit darurat berupa tenda putih raksasa dibangun di taman itu untuk menampung puluhan pasien Covid-19.
Selain itu, katedral Saint John the Divine di Manhattan – yang dianggap gereja Gothik terbesar di dunia – juga sudah diubah menjadi rumah sakit darurat.
Pihak militer sudah mengubah Javits Convention Center menjadi rumah sakit darurat dengan 2.500 tempat tidur.
Targetnya adalah meningkatkan kapasitas layanan kesehatan, di negara bagian yang sudah memiliki lebih dari 150.000 orang yang dipastikan positif Covid-19.
Presiden Donald Trump sudah menyetujui pengiriman kapal rumah sakit militer USNS Comfort ke Manhattan untuk mulai merawat pasien Covid-19.