Virus Corona
Covid-19, Salat Jumat di Seluruh Negeri Dibatalkan Pemerintah Iran, Antisipasi Penularan Corona
Kini, pemerintah Iran melarang sholat Jumat di pusat-pusat semua provinsi seluruh negeri untuk mengurangi resiko penyebaran wabah.
TRIBUNNEWS.COM - Pada Kamis (5/3/2020) sudah ada 519 kasus virus corona atau Covbid-19 yang tercatat di Iran.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, Kianush Jahanpour bahwa 739 orang dinyatakan sudah sembuh.
Iran memiliki 31 provinsi, yang kesemuanya telah dinyatakan positif Covid-19.
Jumlah kasus tertinggi ibukota Teheran yakni sebanyak 1.523 kasus.
Sementara itu, Kota Qom yang menjadi pusat epidemi dan awal penyebaran memiliki 386 kasus.
Adapun Iran, Korea Selatan, dan Italia adalah tiga negara di luar China yang mengantongi kasus terbesar di dunia.
Mirisnya, Iran kini harus menghadapi tekanan dari berbagai sisi di Timur Tengah.
Baca: Kepala Badan Darurat Nasional Iran Positif, Daftar Pejabat Terjangkiti Virus Corona Bertambah
Baca: Cegah Virus Corona, Warga Korea Selatan, Iran, dan Italia Dilarang Masuk Singapura
Larang Salat Jumat
Termasuk diantaranya negara Irak, uni Emirat Arab dan Bahrain karena kasus tiga negara ini berkaitan langsung dengan Kota Qom di Iran.
Kini, pemerintah Iran melarang salat Jumat di pusat-pusat semua provinsi seluruh negeri dilansir dari CNN.
Ini sudah memasuki minggu kedua pelarangan ini.
Larangan ini dilakukan untuk semua umat muslim di sana, baik Muslim Sunni maupun Syiah.
Tujuannya yang pasti adalah mengurangi akses keramaian publik, untuk mengurangi resiko penyebaran wabah.
Sementara itu, Menteri Awqaf Mesir Mohammad Juma menilai shalat Jumat boleh dibatalkan dengan alasan kondisi saat ini, dilansir Gulfnews.
"Jika virus menyebar di negara muslim dan menjadi sebuah kepentingan untuk membatalkan shalat Jumat, maka ibadah itu bisa dilakukan seperti shalat di siang hari di rumah (dhuhur)," jelas Juma pada Selasa lalu waktu Mesir.

Sekolah dan universitas ditutup sementara waktu.
Sejumlah acara seperti konser dan ajang pertandingan olahraga juga dibatalkan.
"Penyakit ini menyebar luas," kata Presiden Iran, Hassan Rouhani dilansir dari AP.
"Ini menwabah di hampir semua provinsi dan ini merupakan penyakit global dimana telah menginfeksi banyak negara di dunia."
"Kita harus bekerjasama untuk mengendalikan masalah ini secepat mungkin," tambahnya.
Pada Kamis lalu, Menteri Kesehatan Saaed Namaki mengumumkan rencana pemerintah untuk mengatasi wabah mematikan ini.
Menurutnya, beberapa orang yang terinfeksi harus di beri bantuan medis namun dikarantina di dalam rumah.
Baca: Jasad Korban Covid-19 di Iran dirawat Menggunakan Kalsium Oksida agar Tidak Mencemari Tanah
Baca: Pimpinan Garda Revolusi Iran Sebut Virus Corona Senjata Biologis AS
Sementara itu, yang memiliki kondisi kritis harus dirawat di rumah sakit.
Akhir minggu ini, jumlah fasilitas medis akan ditambah dua kali lipat.
Sebanyak 300.000 paramedis dan spesialis yang tergabung dalam tim nasional pengedalian virus, juga sudah dikerahkan.
Sampai berita ini diturunkan, Iran sudah mengantongi sebanyak 3.513 kasus infeksi.
Iran menduduki posisi ke-4 kasus infeksi terbesar di dunia.
Sementara itu, angka kematiannya mencapai 108 jiwa.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)