Virus Corona
China Alokasikan 8,7 Triliun Tangani Wabah Virus Corona
Otoritas Keuangan China mengalokasikan dana sebesar 4,4 miliar yuan (640 juta dollar AS) atau sekitar Rp 8,7 triliun atasi virus corona
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Otoritas Keuangan China mengalokasikan dana sebesar 4,4 miliar yuan (640 juta dollar AS) atau sekitar Rp 8,7 triliun untuk mengatasi wabah virus corona.
Seperti dilansir dari media setempat Xinhua, Rabu (29/1/2020), Kementerian Keuangan China mengatakan, dana tersebut termasuk 1 miliar yuan atau setara Rp 1,97 triliun untuk upaya pencegahan dan pengendalian virus di Provinsi Hubei.
Baca: Antisipasi Penularan Virus Corona, Warga Beijing Wajib Kenakan Masker di Luar Ruangan
Korban virus corona yang meninggal dunia melonjak menjadi 132 orang, per hari ini Rabu (29/1/2020).
Serta hampir 6.000 orang terinfeksi virus yang pertama kali menyebar di kota Wuhan.
Diketahui, pemerintah China menargetkan pekan ini pembangunan rumah sakit (RS) untuk mengobati pasien tertular virus corona segera rampung.
Dilansir dari BBC, rumah sakit tersebut dibangun di Distrik Caidian, kota Wuhan.
Nantinya, rumah sakit akan dilengkapi 1.000 tempat tidur dengan luas 25.000 meter persegi.
Baca: Wabah Virus Corona, Warga China Wajib Cek Suhu Tubuh Sebelum Masuk Swalayan
Rumah sakit yang baru itu akan mengadopsi fasilitas yang sama seperti RS Sars di Xiaotangshan, Beijing.
Fasilitas rumah sakit terdiri ruang rontgen, ruang CT, unit perawatan intensif dan laboratorium serta setiap bangsal dilengkapi kamar mandi sendiri. (Rina Ayu Panca Rini)
Amerika Serikat sempat tawarkan bantuan
Seorang pejabat kesehatan Amerika Serikat (AS) pada Selasa (28/1/2020) kemarin mengatakan dia menawarkan untuk mengirimkan tim dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS ke China demi membantu penanganan wabah virus corona.
Sekretaris Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Alex Azar tidak menjelaskan secara rinci terkait bagaimana tanggapan Menteri Kesehatan China atas tawarannya itu.
Baca: Virus Corona, Australia akan Evakuasi Warganya dari Wuhan dan Diisolasi Di Pulau Christmas
Namun, ia berharap China mau menerima tawaran bantuan dari AS.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa kemarin, mengatakan China telah setuju untuk mengizinkan para pakar kesehatan global masuk ke negara tersebut.
Dikutip dari laman The Washington Post, Rabu (29/1/2020), Presiden China Xi Jinping menyampaikan pada Selasa, bahwa negaranya terbuka, transparan, dan bertanggung jawab dalam penanganan wabah virus corona ini, karena jumlah kasusnya terus mengalami peningkatan.
Korban tewas pun telah meningkat menjadi 132 orang di China, dengan lebih dari 5.974 kasus infeksi dikonfirmasi hingga Rabu pagi waktu setempat.
Peningkatan kasus pun mengalami lonjakan per harinya sekitar lebih dari 1.000 kasus.
Negara-negara lain turut melaporkan ada lebih banyak orang telah terinfeksi, dan nyaris seluruhnya merupakan turis asal China.
Sementara itu, Jerman melaporkan pada Selasa malam terkait adanya tiga kasus baru dan mengatakan bahwa mereka yang diduga terinfeksi ini terhubung dengan pasien pertama Jerman, yakni laki-laki berusia 33 tahun yang kemungkinan besar tertular corona oleh seorang koleganya dari China yang ia temui di salah satu kota di Jerman.
Kemudian Hong Kong telah mengumumkan langkah dramatisnya utnuk membendung serbuan warga China daratan ke wilayah itu.
Pemerintah Hong Kong menutup dua jalur kereta api, feri dan bus wisata lintas batas.
Penerbangan ke China daratan pun akan dibatalkan setengahnya, dan visa individu ke China tidak akan lagi dikeluarkan mulai Kamis mendatang.
Maskapai United Airlines pun menangguhkan beberapa penerbangan dari AS ke China setelah permintaan turun drastis.
Sejumlah negara, termasuk Prancis, Korea Selatan, Kanada, Inggris serta AS pun sedang menyusun rencana untuk mengevakuasi warganya dari pusat penyebaran wabah di kota Wuhan, provinsi Hubei, China.
Baca: Diduga Modifikasi Airsoft Gun Jadi Senapan Sungguhan, Pegawai BUMN Terancam Hukuman Seumur Hidup
Sedangkan Thailand telah mengkonfirmasi enam kasus lainnya, menjadikan totalnya bertambah mencapai 14 kasus di tengah seruan untuk menutup perbatasan dan akses masuk turis asal China.
Perlu diketahui, infeksi virus ini telah dikonfirmasi terjadi di Prancis, Korea Selatan, Jepang, Nepal, Kamboja, Singapura, Vietnam, Taiwan, Kanada dan Sri Lanka.