Presiden Suriname Bouterse Terbukti Perintahkan Militer Bunuh 15 Lawan Politiknya
Partai-partai oposisi menyerukan Bouterse, yang saat ini berada di China dalam kunjungan resmi, untuk mundur.
TRIBUNNEWS.COM, SURINAME - Sebuah pengadilan di Suriname, Jumat (29/11/2019), mendakwa Presiden Desi Bouterse atas pembunuhan 15 lawan politiknya pada tahun 1982.
Pembunuhan itu dilakukan setelah kudeta perebutan kekuasaan. Ia dihukum 20 tahun penjara.
Partai-partai oposisi menyerukan Bouterse, yang saat ini berada di China dalam kunjungan resmi, untuk mundur.
Pengadilan militer yang menemukannya bersalah, belum memerintahkan penangkapannya.
Baca: Parade Militer, China Pamer Rudal, Drone, Hingga Pesawat Tempur
Baca: Salah Sasaran Saat Buru Taliban, Militer Afganistan Serang Pesta Pernikahan, 40 Warga Tewas
Bouterse diperkirakan akan kembali ke Suriname pada hari Sabtu atau Minggu.
Ia melewatkan perjalanan yang direncanakan ke Kuba, Wakil Presiden Partai Demokrat Nasional-nya mengatakan kepada surat kabar lokal De Ware Tijd.
Ramon Abrahams mengatakan kepada surat kabar itu bahwa ia melakukan kontak telepon dengan Bouterse dan mengadakan pertemuan darurat partai.
Bouterse memimpin negara Amerika Selatan itu pada tahun 1980-an sebagai kepala pemerintahan militer. Kemudian ia menjabat kembali pada tahun 2010 dan memastikan pemilihan kembali lima tahun kemudian.
Pengadilan memutuskan bahwa Bouterse telah mengawasi sebuah operasi di mana tentara di bawah komandonya menculik 16 kritikus pemerintah terkemuka, termasuk diantaranya pengacara, jurnalis, dan guru universitas, dari rumah mereka dan menewaskan 15 di antaranya di sebuah benteng kolonial di ibu kota Paramaribo.
Seorang pemimpin serikat pekerja selamat dan kemudian memberikan kesaksian melawan Bouterse.
Bouterse, yang dengan tegas membantah tuduhan itu, dapat mengajukan banding atas keputusan tersebut. Presiden, yang diwakili oleh seorang pengacara dalam persidangan, sejauh ini tidak berkomentar tentang hukumannya.
Dalam sebuah pernyataan, pemerintah Suriname mengatakan telah "memperhatikan perkembangan dan menyerukan masyarakat untuk menjaga perdamaian."
Para kritikus telah menjelek-jelekkan Bouterse yang berusia 74 tahun sebagai seorang diktator yang telah memegang kekuasaan di negara berpenduduk 560 ribu orang, yang memperoleh kemerdekaan dari Belanda pada tahun 1975.
Angelic del Castillo, Kepala Partai Oposisi Democratic Alternative ‘91, mengatakan Bouterse telah "mendiskualifikasi dirinya" dari sisa pemimpin Suriname dan menuntut dia segera mengundurkan diri.
"Ini demi kepentingan martabat kantor dan bangsa kita," kata del Castillo dalam sebuah pernyataan.