Perempuan yang ingin semua orang - tak hanya pria - menikmati pornografi di internet
"Kebanyakan film porno yang ada dibuat oleh pria, dan mereka tak peduli pada seksualitas perempuan," kata pembuat film erotis Erika Lust. Kini
Sekalipun Erika - dan artis erotis lain - menggunakan media sosial untuk mempromosikan pornografinya, tetapi untuk menemukannya butuh tekad keras.
Erika mengatakan itu terjadi sebagai hasil dari pelarangan yang bias dari platform daring terhadap artis seperti dirinya.
Erika percaya bahwa akun instagramnya mengalami "shadow banning" atau pelarangan sebagian di komunitas daring lantaran dianggap memuat "konten seksual".
- Pemilik situs video porno mendulang untung dari 'pornografi balas dendam'
- Video pornografi anak: Korban jalani pemulihan trauma, dua ibu jadi tersangka
- Pemimpin 'sekte seks' Nxivm dinyatakan bersalah perbudak perempuan
Ketika ia mengadukan kasusnya, banyak artis erotis lainnya yang muncul dengan keluhan serupa.
Instagram menyatakan kepada BBC bahwa mereka tak menggunakan istilah "shadow banning" tapi mereka "mengambil langkah terkait konten yang diadukan kepada kami" apabila itu memang melanggar aturan.
Instagram juga mengatakan bahwa pengguna punya kesempatan banding terhadap kebijakan mereka.

Namun Lisa mengatakan akun Instagramnya, @thehotbedcollective - yang tampil sebagai platform pendidikan seks - juga terkena dampak shadow banning.
"Beberapa unggahan kami dilaporkan dan diturunkan oleh Instagram, sekalipun kami tak pernah mengunggah hal yang tak pantas. Kami mengunggah ilustrasi perempuan melakukan masturbasi, dan itu sangat cepat dihapus oleh Instagram."
"Tampaknya ada standar ganda," kata Lisa, "dan unggahan yang hilang itu terkait dengan pemberdayaan perempuan dan pengetahuan tentang tubuh".
Erika mengatakan akun yang memuat gaya macho seperti "'Payudara! Pantat!' atau 'Mobil dan cerutuku!' yang mewakili seksualitas macho tak dilarang oleh platform daring".
Ada apa dengan pendidikan seks?

Sepertiga perempuan di Inggris mengatakan mereka belajar tentang seks dari pornografi (survei BBC tahun 2019) sementara 53% anak laki-laki percaya bahwa apa yang digambarkan pornografi daring itu nyata (Survei NSPCC 2017, data Inggris).
"Pendidikan seks di masyarakat kita kurang sekali, maka tentu orang muda beralih ke pornografi," kata Erika.
"Mereka penasaran akan seks, mereka ingin belajar, ingin mengerti, maka tentu mereka menonton film porno."
Namun pornografi yang "ethis" atau poronografi yang tidak eksploitatif, "tidak mudah ditemukan online. Terkadang kita harus bayar untuk menontonnya," kata Lisa.
- Video seks Garut, bukti perempuan rentan dijual untuk ‘mendapat keuntungan’
- Kasus nobar cabul di sekolah: apa tanggung jawab orang tua?
- Perempuan pemburu para pedofil yang jadi sasaran pedofil