Mengapa pemerintah Lebanon sampai berencana memajaki WhatsApp?
Lebanon berencana mengenakan pajak untuk panggilan telepon lewat aplikasi WhatsApp, tetapi membatalkannya lantaran protes yang berkelanjutan.
Keadaan infrastuktur juga buruk sehingga penduduk mengalami pemadaman listrik bergilir dan sambungan internet yang buruk.
"Saya ingin jalanan dapat penerangan. Bosan saya mendengar suara generator," kata Dima Abu Hassan, penduduk Beirut sebagaimana dilaporkan kantor berita AFP.
Pertumbuhan di Lebanon terpuruk antara lain akibat perang berkepanjangan dengan tetangga mereka, Suriah.
- 'Beri keterangan palsu' soal WhatsApp, Facebook didenda Rp2 triliun
- Seberapa efektif pembatasan video dan foto di media sosial halau hoaks?
- Negeri yang tenggelam dalam timbunan sampahnya sendiri
Bulan lalu, bank dan biro penukaran valuta asing mulai membatasi penukaran mata uang Lebanon, pound, ke dolar Amerika yang menimbulkan kecemasan akan kemungkinan devaluasi mata uang.
Selain itu pemerintah juga mendapatkan kritik keras sehubungan lambatnya penanganan kebakaran hutan yang terjadi berberapa waktu terakhir.
Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri diharapkan akan menyampaikan pidato untuk menanggapi situasi ini hari Jumat 18/10.

Demonstrasi berlanjut
Dipicu soal pajak WhatsApp call - yang banyak dipakai di Lebanon - demonstrasi ini berlanjut jadi protes terhadap pemerintah secara keseluruhan.
Para demonstran membakar ban dan membuat ibukota Beirut lumpuh di hari Jumat (18/10) tengah hari.
Salah seorang pemrotes di Beirut, Cezar Shaaya, menyatakan kepada kantor berita Reuters bahwa ia ikut protes karena melihat orang-orang bergerak di jalanan.
"Saya menikah, tagihan kredit rumah saya datang tiap bulan, dan saya tidak bisa membayarnya karena saya menganggur. Ini salah pemerintah," katanya.
Dilaporkan, para pemrotes melagukan slogan "rakyat menuntut agar rejim ini turun", serupa dengan yang dilantunkan pada saat revolusi yang dikenal sebagai Arab Spring tahun 2011.
Seorang pemrotes lain, Yara 23 tahun, menyatakan bergabung karena protes ini tidak lagi mempedulikan agama atau latar belakang politik.
"Hari ini yang terpenting adalah, seluruh warga Lebanon protes bersama," katanya kepada kantor berita AFP.
Lebanon dikenal sebagai negara yang dipenuhi dengan politik sektarian di mana kepentingan politik berjalan beriring dengan identitas agama dan ajaran sekte.