Operasi militer: Rusia berjanji mencegah pasukan Turki bentrok dengan tentara Suriah loyalis Presiden Assad
Moskow mengatakan tidak akan membiarkan pertempuran antara kedua pasukan, tatkala Turki melancarkan serangan di Suriah utara.
Rusia menyatakan tidak akan membiarkan bentrokan antara pasukan Turki dan Suriah, tatkala Turki melancarkan serangan di Suriah utara.
"Ini tidak bisa diterima... dan karena itu kita tidak akan membiarkannya, tentu saja," kata utusan khusus Moskow untuk Suriah, Alexander Lavrentyev.
Penarikan pasukan AS dari wilayah, yang diumumkan pada pekan lalu, memberi Turki "lampu hijau", kritik para pengamat.
Rusia adalah sekutu militer utama pemimpin Suriah Bashar al-Assad.
- Penarikan pasukan Amerika Serikat atas perintah Trump mengubah bentuk perang Suriah
- Serangan Turki di Suriah, jumlah korban meninggal dan pengungsi melonjak
- Apakah aksi militer Turki di Suriah akan membangkitkan ISIS?
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pasukannya, yang telah dikerahkan di Suriah sejak 2015, berpatroli di sepanjang "garis kontak" antara pasukan Suriah dan Turki.
Kemudian pada Selasa (15/10), Pentagon mengatakan jet-jet tempur F-15 dan helikopter tempur Apache telah dikerahkan dalam unjuk kekuatan terhadap pasukan yang disokong Turki, yang telah mendekati pasukan darat AS di dekat kota Ain Issa di Suriah.
Para pejuang yang didukung Turki telah melanggar perjanjian untuk tidak mengancam pasukan AS, kata seorang pejabat militer.

Apa yang dikatakan utusan Rusia untuk Suriah?
Selama kunjungan ke Uni Emirat Arab, Lavrentyev menyebut serangan Turki "tidak bisa diterima".
Ia mengatakan bahwa berdasarkan perjanjian sebelumnya, Turki hanya boleh masuk sejauh 5-10 km ke Suriah – jauh lebih kecil dari "zona aman" yang diinginkan Ankara – dan bahwa Turki tidak berhak untuk mengerahkan pasukannya di Suriah secara permanen. Suriah melakukan kontak dengan Turki untuk menghindari konflik, ujarnya.
Lavrentyev juga menegaskan bahwa Rusia telah menjadi penengah untuk membantu membuat kesepakatan antara Kurdi dan Damaskus yang memungkinkan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi menyerahkan wilayah kepada pasukan pemerintah Suriah dengan imbalan dukungan militer.

Bagaimana situasinya?
Serangan Turki, yang dimulai minggu lalu, bertujuan untuk mendepak Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi dari wilayah perbatasan. Turki menganggap milisi terbesar di SDF sebagai organisasi teroris.
Pemerintah Turki ingin menciptakan "zona aman" di wilayah itu, tempat mereka dapat memukimkan kembali pengungsi Suriah yang saat ini tinggal di Turki.
Banyak dari para pengungsi tersebut bukan orang Kurdi, dan pengamat memperingatkan langkah ini bisa mengarah pada pembersihan etnis penduduk Kurdi setempat.
Puluhan warga sipil telah tewas dalam operasi militer sejauh ini dan sedikitnya 160.000 telah meninggalkan daerah itu, menurut PBB.