Jumat, 3 Oktober 2025
Deutsche Welle

Ramai di Medsos, Dilarang Nonton Bola di Stadion Perempuan Iran Bakar Diri

Kematian seorang perempuan Iran yang bakar diri akibat tidak diperbolehkan menonton sepak bola di stadion menyulut protes di sosial…

Di bawah peraturan agama yang diterapkan di Iran, perempuan dilarang untuk menonton sepak bola secara langsung di stadion. Namun tindakan putus asa seorang perempuan hingga membakar dirinya sampai tewas, menyulut protes dan seruan untuk perubahan.

Ribuan pengguna Twitter pun ramai-ramai menggunakan tagar Blue_Girl dan mencuitkan twit dalam bahasa Inggris untuk membuka mata masyarakat dunia.

Seorang pengguna Twitter dengan nama Mulanium dengan geram menyatakan bahwa Sahar Khodayari telah membakar dirinya sebagai tindakan protes. Dia mempertanyakan kapan orang-orang akan berbuat sesuatu tentang hal ini.

Sementara jurnalis yang pernah bekerja di Iran, Bahar Shoghi, mengatakan bahwa ini adalah kasus yang tragis bagi Iran.

Sahar dikenal sebagai si gadis biru atau blue girl.

Tindakan putus asa

Sahar Khodayari, perempuan asal Iran ini menyiramkan bensin dan menyulutkan api pada tubuhnya sendiri tanggal 1 September di Pengadilan Revolusi Islam di Teheran. Tindakan putus asa ini mengejutkan banyak orang Iran. Baru hari ini, media Iran melaporkan bahwa perempuan itu meninggal di rumah sakit pada hari Jumat (06/09) karena luka bakar yang parah.

Sahar Khodayari, usianya 29 tahun dan tidak ingin mendekam dalam penjara. Ia diancam hukuman penjara hingga enam bulan karena berpakaian sebagai laki-laki dan pergi menonton sepak bola di stadion. Di Iran, perempuan dewasa dan remaja dilarang mengunjungi stadion lapangan bola untuk menonton pertandingan.

Sahar adalah penggemar klub sepakbola Esteghlal Teheran. Para pemain klub ini bermain dengan mengenakan kaus biru. Dengan mantel biru panjang pada tanggal 12 Maret, Sahar pun ingin pergi ke stadion untuk menyaksikan secara langsung pertandingan Esteghlal melawan klub al-Ain dari Uni Emirat Arab. Dia ditangkap namun beberapa hari kemudian dibebaskan dengan jaminan, hingga persidangan 1 September itu.

Pihak berwenang "tidak mau ada kerepotan"

"Dia bukan hanya si 'gadis biru'. Sahar adalah perempuan di negara tempat para lelaki memutuskan apa yang harus atau tidak harus dilakukan perempuan. Kita semua bertanggung jawab atas penangkapan dan peristiwa pembakaran diri ini," tulis Parvaneh Salahshouri, pemimpin faksi perempuan di parlemen Iran dalam akun Twitternya.

Anggota parlemen yang berpikiran reformis dalam beberapa hari terakhir telah berulang kali membahas nasib si 'gadis biru' di parlemen.

"Keluarganya telah diperingatkan dan tidak boleh berbicara dengan media," ujar Maziyar Bahari, jurnalis dan pembuat film keturunan Iran-Kanada dalam sebuah wawancara dengan DW.

Bahari memiliki kontak langsung dengan keluarga Sahar. Ia mengatakan: "Sahar meninggal pada Jumat dan pihak keamanan langsung menguburkannya. Pihak berwenang mengatakan kepada keluarganya: 'Putri Anda telah membuat kami menerima banyak kemarahan, kami tidak mau lagi mendengar apapun dari kalian.' Kerabat diintimidasi secara besar-besaran."

Cari solusi dan tekanan internasional

Kasus Sahar Khodayari telah membuat marah masyarakat Iran. Larangan mengunjungi stadion untuk kaum perempuan berdasarkan pada aturan agama dan telah lama menjadi isu sensitif di Iran. Adalah dosa bagi para perempuan untuk "menonton permainan pria setengah telanjang," demikian menurut seorang ulama konservatif di Iran.

Namun banyak perempuan tidak mau menerima larangan ini. Mereka terus memprotes di depan stadion dan telah sering kali menyampaikan masalah ini ke organisasi sepak bola internasional FIFA. Pada Piala Dunia di Rusia tahun 2018, Iran adalah satu-satunya negara yang turut berlaga namun melarang perempuan menonton di dalam negeri.

Halaman
12
Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved