Aksi Unjuk Rasa di Hong Kong Berujung Rusuh, Polisi Tembakkan Gas Air Mata ke Pendemo
Kabar terbaru pada Sabtu (24/8/2019), polisi menembakkan gas air mata dan memukul mundur para pendemo dengan menggunakan tongkat
Dia menuturkan jika aksi dilakukan secara damai, pemerintah pasti tidak akan menanggapi.
"Jadi jika saya ditangkap, itu semata karena saya menyuarakan keadilan," tegasnya.
China menggunakan campuran antara intimidasi, propaganda, dan tekanan ekonomi untuk membungkam demo.
Sesuatu yang disebut sebagai "teror putih" oleh demonstran.
Tidak Ada Masa Depan
Aksi protes dimulai ketika Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam memperkenalkan undang-undang yang bisa mengekstradisi kriminal ke China daratan.
Pendemo menyatakan, kebebasan unik yang mereka dapatkan terancam dengan semakin kuatnya cengkeraman politik China di pusat finansial dunia itu.
Meningkatnya biaya hidup serta kesulitan mendapat pekerjaan jadi salah satu motivasi generasi muda ketika turun ke jalan dan ikut berdemo.
Polisi menjadi target yang paling disasar oleh pendemo karena penanganan mereka yang dianggap brutal dalam krisis selama tiga bulan terakhir.
Lueng yang masuk dalam kelompok garis depan menuturkan, motivasi utamanya saat turun ke jalan adalah karena dia tidak melihat ada masa depan dengan rezim ini.
Warga Hong Kong yang lebih senior mendukung gerakan generasi muda.
Meski mereka tidak sepakat dengan pendekatan yang berbuah kepada kekacauan.
"Anak-anak muda yang memutuskan untuk ikut berdemo sudah meletakkan masa depannya.
Mereka melakukannya demi Hong Kong," kata Dee Cheung yang berusia 65 tahun.
Penulis: Ardi Priyatno Utomo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Kerusuhan Kembali Hantam Hong Kong, Polisi Tembakkan Gas Air Mata