Misteri roket nuklir, senjata apa yang diuji coba Rusia di Laut Artik?
Informasi saling bertolak belakang muncul setelah misil Rusia yang tengah diuji coba meledak, menewaskan lima orang, dan meningkatkan radiasi
Mark Galeotti menyebut saat ini terdapat banyak penilaian skeptis yang ragu bahwa misil Burevestnik benar-benar dapat diciptakan.
Galeotti berkata, misil milik Rusia lainnya, Bulava, melalui serangkaian kegagalan dalam uji coba bertahun-tahun.
Adapun, Zircon dan Poseidon merupakan proyek lanjutan. Program drone bawah laut Poseidon saat ini telah berhasil membuat prototipe.
Namun, sama seperti Burevestnik, Galeotti menganggap Poseideon sebagai senjata pemusnah massal yang tidak praktis dalam perang nuklir.

Koran milik pemerintah Rusia, Rossiiskaya Gazeta, Juli lalu mendeskripsikan Burevestnik sebagai 'senjata balas dendam'. Istilah itu digunakan Nazi untuk senjata mereka yang bernama V-rocket, yang mereka luncurkan ke Inggris pada Perang Dunia II.
Koran itu menyebut Burevestnik mampu meluncur dalam durasi panjang, sekaligus menghindari sistem pertahanan udara.
Misil itu mereka sebut dapat menghancurkan infrastuktur vital lawan, tak lama setelah misil balistik Rusia meledak di wilayah musuh.
Di sisi lain, Galeotti menyebut Amerika Serikat kini fokus mengembangkan misil jarak menengah untuk mengantisipasi perang.
Program itu disebutnya dijalankan setelah berakhirnya Traktat Angkatan Nuklir Jangka Menengah yang diteken AS dan Soviet tahun 1987.