Misteri roket nuklir, senjata apa yang diuji coba Rusia di Laut Artik?
Informasi saling bertolak belakang muncul setelah misil Rusia yang tengah diuji coba meledak, menewaskan lima orang, dan meningkatkan radiasi
Namun ledakan di Nyonoksa diprediksi melibatkan sistem senjata lain yang memungkinkan misil itu mengangkut hulu ledak nuklir:
- Zircon atau misil jarak jauh anti-kapal perang yang dapat melesat hingga delapan kali kecepatan cahaya, kata otoritas militer Rusia.
- Poseidon alias drone jarak jauh bawah laut yang dilontarkan dari kapal selam
Apa fakta di balik ledakan misil Rusia?
Lima insinyur nuklir Rusia yang tewas pekan lalu dianggap sebagai ahli-ahli terbaik dan pahlawan. Mereka mengetahui risiko dan merancang uji coba sebelumnya, yang dilakukan dalam kondisi nyaris mustahil.
Informasi itu dikatakan Valentin Kostyukov, pejabat senior di Rosatom. Ia memimpin pusat nuklir di Sarov, fasilitas rahasia era Perang Dingin, tempat pembuatan bom hidrogen Rusia.
Merujuk Kostyukov, para insiyur yang tewas dalam ledakan pekan lalu adalah Alexei Vyushin (desainer sekaligus pakar perangkat lunak), Yevgeny Korotayev (insinyur kelistrikan senior), dan Vyacheslav Lipshev (kepala tim uji coba ilmiah).
Dua lainnya adalah Sergei Pichugin (anggota tim uji coba) serta Vladislav Yanovsky (wakil kepala departemen uji coba ilmiah).

Saat pemakaman, orang nomor satu Rosatom, Alexei Likhachev, menyebut "cara terbaik mengenang lima insinyur itu adalah dengan melanjutkan pembuatan senjata baru yang bisa tuntas tanpa kegagalan".
Awalnya, Kementerian Pertahanan Rusia menyebut ledakan yang terjadi 8 Agustus lalu itu dipicu bahan bakar mesin roket. Mereka menyebut ledakan itu menewaskan dua orang, tanpa merinci identitas korban.
Belakangan, Rosatom mengatakan uji coba itu menggunakan radionuklida yang dapat memancarkan radiasi.
Mereka mengklaim para teknisi berhasil menyelesaikan uji coba. Namun tiba-tiba api berkobar dan meledakkan mesin. Para korban lantas terpental ke laut.
Tak lama setelah ledakan, pemerintah kota Severodvinsk melaporkan peningkatan radiasi selama 40 menit di wilayah mereka. Informasi itu memicu warga lokal membeli yodium di berbagai apotek.
Pil yodium disebut mampu melindungi manusia dari radioaktif. Selama bencana nuklir Chernobyl tahun 1986, permintaan atas obat ini begitu tinggi.

Jelang uji coba pekan lalu, Kementerian Pertahanan Rusia membuat zona terlarang di Teluk Dvina, di kawasan utara Nyonoksa. Wilayah itu masih ditutup untuk aktivitas pelayaran publik hingga September mendatang.
Media daring yang berbasis di Norwegia, Barent Observer, menyebut kapal Rusia yang khusus untuk mengangkut nuklir berada di zona terlarang itu sehari setelah ledakan atau 9 Agustus lalu.
Muncul spekulasi bahwa kapal itu dikerahkan untuk memungut serpihan radioaktif setelah uji coba yang gagal.