Ursula von der Leyen, Ibu Tujuh Anak Yang Terpilih Sebagai Presiden Komisi Eropa
Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen menang tipis dalam pemilihan Presiden Komisi Eropa. Ia meraih 383 dari 747 suara. Simak…
Kadang-kadang, tekadnya ini bahkan membuat jengkel rekan-rekan partai parlementernya.
Dari menteri keluarga hingga menteri pertahanan
Pada awalnya, ibu dari tujuh anak ini menjabat sebagai menteri keluarga antara tahun 2005 dan 2009. Dengan gaya yang terkadang tidak konvensional, ia mengirim sinyal yang jelas kepada lembaga politik di Berlin.
Misalnya, ia memulai program bantuan untuk para orang tua yang disebut dengan Elterngeld dan secara nasional mengawasi pengasuhan anak dengan memberikan dukungan keuangan yang substansial dari pemerintah.
Tahun 2009, kabinet Merkel jilid dua mulai beroperasi, von der Leyen yang adalah seorang dokter ini pun menjadi menteri kesehatan. Empat tahun kemudian, pada Desember 2013, ia beralih jadi Kementerian Pertahanan.
Dia tetap menjabat sebagai Menteri Pertahanan bahkan setelah berbagai kerumitan proses pembentukan pemerintah pascapemilihan federal tahun 2017. Hampir tidak ada pendahulunya, sebanyak 17 orang yang semuanya laki-laki, berhasil bertahan di posisi ini selama enam tahun.
Sebelum mengambil alih Kementerian Pertahanan (posisi yang lama dianggap sebagai kuburan untuk karir politik Jerman), von der Leyen yang ambisius memiliki karir yang nyaris sempurna. Di sebagian besar karirnya von der Leyen loyal kepada Kanselir Angela Merkel yang menganggapnya sebagai pilar yang solid di kabinet.
Penggerak dan pengguncang
Sebagai menteri pertahanan, von der Leyen dengan cepat menangani masalah angkatan bersenjata satu per satu. Angkatan bersenjata Jerman atau Bundeswehr hingga kini masih didera berbagai masalah seperti peralatan yang ketinggalan zaman dan cacat, proyek senjata yang disalahpahami dan kekurangan ahli.
Dengan melakukan banyak tekanan politik dan berbicara di depan umum atas nama Bundeswehr, von der Leyen berhasil meningkatkan anggaran pertahanan, meskipun masih jauh dari target belanja NATO.
Dia menganulir kebijakan batas atas jumlah tentara jerman sebanyak 185.000 pasukan. Di bawah kepemimpinan von der Leyen, kebijakan pertahanan menjadi elemen yang menonjol dalam kebijakan luar negeri Jerman. Langkah ini juga sejalan dengan upaya internasional untuk memerangi milisi teror "Negara Islam."
"Kita telah meninggalkan masa-masa ketika Bundeswehr dirampingkan dalam waktu yang lama," kata von der Leyen pada 2017.
"Situasi keamanan telah berubah sehingga Bundeswehr harus menghadapi sejumlah besar tantangan, mulai dari Suriah dan Irak hingga Mali dan seluruh misi di Laut Mediterania. Selain itu, pasukan militer juga harus menangani bantuan untuk pengungsi dan melindungi perbatasan di bagian timur."
Ditanya oleh DW apakah von der Leyen adalah pilihan yang baik untuk menggantikan Jean-Claude Juncker sebagai presiden Komisi Uni Eropa, pakar pertahanan dari Partai Hijau Omid Nouripour menyindir banyaknya kegagalan Bundeswehr baru-baru ini yang menjadi berita utama di Jerman.
"Situasi terkait peralatan angkatan bersenjata Jerman bukanlah kualifikasi yang diperlukan untuk pekerjaan eksekutif puncak Uni Eropa."
Terganjal skandal
Reputasi Von der Leyen sebagai perempuan yang bisa menyelesaikan sesuatu telah tercoreng dalam beberapa tahun terakhir akibat sejumlah keputusan pribadi dan skandal.
Selama masa jabatannya, beberapa proyek persenjataan utama ditunda, dan secara bersamaan terungkap juga kegiatan ekstremis sayap kanan di angkatan bersenjata dan praktik-praktik memalukan yang mempengaruhi anggota baru.