Minggu, 5 Oktober 2025

Dubes Palestina Sebut Koferensi di Bahrain Sebagai Langkah Amerika Bermain Licik

Pemerintah Palestina secara tegas memboikot Konferensi ekonomi yang diinisiasi Amerika Serikat (AS) yang digelar di Manama, Bahrain, 25-26 Juni 2019.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/Fitri Wulandari
Pernyataan sikap Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair al Shun terkait konferensi ekonomi bertajuk 'Peace for Prosperity', di Kedubes Palestina, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2019). 

Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair al Shun pun menyampaikan kecamannya melalui konferensi pers yang digelar di Kedutaan Besar Palestina, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2019).

Sebagai bentuk penolakan terkait konferensi itu, Palestina pun tidak mengirimkan utusannya dalam konferensi yang disebut Deal of the Century yang diinisiasi Amerika Serikat (AS) untuk perdamaian Palestina-Israel.

Baca: Putra Sulungnya Ulang Tahun yang Ke-20, Ridwan Kamil Banjir Tawaran jadi Calon Besan

Baca: OYO Hotels Berhasil Jadi Jaringan Hotel Terbesar di China

Menurutnya, konferensi itu hanya 'kedok' karena nantinya hasil rekomendasi dari agenda tersebut akan membuat rakyat Palestina semakin berada pada posisi sulit.

"Konferensi yang diadakan di Manama, merupakan konferensi yang nantinya akan menghasilkan poin-poin rekomendasi yang akan menyulitkan dan akan membuat rakyat Palestina menjadi lebih sulit lagi," ujar al Shun dalam konferensi tersebut.

Ia menegaskan, pihaknya memboikot konferensi tersebut karena sejak awal menilai tidak akan ada keuntungan yang diperoleh Palestina.

Bertema ekonomi, al Shun menganggap apa yang sedang diupayakan saat ini melalui konferensi tersebut hanya akan menguntungkan AS saja.

"Pada konferensi yang berlangsung di Manama ini, pihak pemerintah Palestina sama sekali tidak mengikuti dalam rentetan-rentetan cara yang ada," ucap al Shun.

Tidak yakin

Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al Shun tidak yakin terhadap upaya Amerika Serikat khususnya Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam mewujudkan perdamaian antara Palestina dan Israel.

Keraguan tersebut muncul karena ia melihat Trump sangat menunjukan keberpihakannya kepada Israel yang tampak dari kedekatan Trump dengan Calon Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu dalam Pemilu di Israel.

Hal itu disampaikan Zuhair di kantor Kedutaan Besar Palestina di Menteng Jakarta Pusat pada Jumat (17/5/2019).

Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al Shun di kantor Kedutaan Besar Palestina di Menteng Jakarta Pusat pada Jumat (17/5/2019).
Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al Shun di kantor Kedutaan Besar Palestina di Menteng Jakarta Pusat pada Jumat (17/5/2019). (Glery Lazuardi/Tribunnews.com)

"Karena sekarang kita sudah lihat dalam Pemilu Israel, Trump berada di belakang Netanyahu sampai akhir proses tersebut. Dari hal itu pun tidak menunjukan keberpihakan pada kami. Kami sangat yakin, ini hanya permainan saja. Saya tidak yakin Trump ingin menjadi mediator dalam perdamaian tersebut," kata Zuhair.

Baca: Polri Persilakan Amnesty International Serahkan Temuannya Soal Kerusuhan 22 Mei Pada Tim Investigasi

Diberitakan Kompas.com, Penasihat senior Amerika Serikat (AS) Jaredh Kushner angkat bicara soal rencana perdamaian di Timur Tengah antara Israel dan Palestina.

Kushner yang juga menantu Presiden Amerika Serikat Donald Trump itu menuturkan, Gedung Putih telah mengembangkan "cetak biru" rencana perdamaian disertai visi ekonomi.

Berbicara di Washington Institute for Near East Policy, Kushner mengungkapkan tentang solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Israel serta Palestina.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved