Jumat, 3 Oktober 2025

'Gadis di depan tameng polisi', perempuan muda yang menjadi simbol perlawanan RUU Ekstradisi Hong Kong

Foto perempuan muda yang secara tenang bermeditasi di depan barisan polisi bertameng menjadi 'simbol' perlawanan terhadap RUU Ekstradisi yang

Tetapi perepuan muda tersebut tidak ingin menjadi wajah yang mewakili unjuk rasa.

"Saya tidak ingin diperhatikan," kata Lam.

"Tetapi jika orang menjadi tersentuh karena melihat saya duduk di depan polisi, saya harap akan lebih banyak orang yang akan terdorong untuk menjadi lebih berani, menyatakan diri."

Bermeditasi dan kemarahan

Ketenangan Lam terutama berasal dari kebiasaannya bermeditasi.

Lam telah mengunjungi belasan negara di Asia, Amerika Latin, Amerika Utara dan Eropa. Dia mempelajari meditasi saat mengunjungi Nepal empat tahun lalu - ketika negara itu mengalami gempa bumi mematikan.

Perempuan muda itu mengatakan dirinya sebenarnya emosional, tetapi meditasi membantunya lebih menyadari keadaan perasaannya dan mencapai kedamaian hati.

Tetapi Lam yang hampir setiap hari berada di jalan saat Gerakan Payung 79 hari di tahun 2014, tetap tidak siap menghadapi bentrokan yang terjadi antara polisi dan pengunjuk rasa pada hari Rabu sore.

"Saya merasakan sedikit kebencian karena sejumlah mahasiswa dilukai polisi," katanya dan menambahkan dirinya tidak berada di tempat unjuk rasa ketika terjadi kekerasan di hari Rabu. "Adalah manusiawi memiliki perasaan."

Perempuan muda tersebut tetapi kemudian mengatakan, gerakan unjuk rasa seharusnya tidak mengasingkan para polisi dan dirinya masih mempercayai bahwa jalan tanpa-kekerasan adalah cara untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai para pengunjuk rasa.

"Kekerasan tidak menyelesakan apa pun."

Carrie Lam
AFP
Pimpinan Hong Kong, Carrie Lam, mengumumkan penundaan RUU Ekstradisi.

Terus berjuang

Pada hari Sabtu, para pengunjuk rasa mencatat suatu kemenangan penting. Pimpinan Hong Kong mengatakan bahwa RUU Ekstradisi akan ditangguhkan dan Carrie Lam tidak memberikan jadwal pengenalannya kembali.

Tetapi Lam Ka Lo tetap menunjukkan penentangan.

"Saya tidak melihatnya sebagai suatu keberhasilan."

Dia menginginkan RUU tersebut dicabut, bentrokan hari Rabu tidak dipandang sebagai suatu kerusuhan dan dibebaskannya pengunjuk rasa yang ditangkap.

Dia mendorong sesama pengunjuk rasa untuk melanjutkan perjuangan dan bergabung dalam pawai hari Minggu.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved