Greenland: Mengapa di negara ini banyak kehamilan yang tidak diinginkan?
Greenland merupakan negara dengan tingkat aborsi tertinggi di dunia, sekitar 50% perempuan yang hamil memilih untuk aborsi. Apa alasan mereka?
Pemerintah memperkenalkan "Proyek Boneka" yang bekerjasama dengan sekolah-sekolah untuk memberi gambaran kepada orang-orang muda konsekuensi dari memiliki anak pada usia muda.
Proyek ini bertujuan untuk mengurangi jumlah kehamilan yang tak diinginkan di kalangan remaja, mengurangi penyakit akibat hubungan seksual dan meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi.
Anak laki-laki dan perempuan diberi boneka yang tampangnya realistis yang terasa dan berperilaku seperti bayi.
Pakaian boneka itu harus diganti, mereka bisa bersendawa dan perlu dibikin nyaman. Ini merupakan cara untuk memperkenalkan pelajar berusia 13 hingga 18 tahun kewajiban-kewajiban mempunyai seorang bayi dalam hidup mereka.
"Hambatan budaya"
Namun di luar masalah umur, Stine Broene tidak setuju bahwa ide aborsi dianggap ringan di Greenland.
"Kebayakan perempuan berpikir aborsi adalah keputusan berat dan mereka membutuhkan waktu untuk memikirkannya. Jika mereka yakin tentang hal itu, mungkin mereka tak akan memperlihatkan trauma," katanya.
"Saya belum pernah bertemu perempuan yang tak peduli pada aborsi; tapi pengalaman saya beberapa perempuan menutup dirinya untuk melindungi diri mereka, dan beberapa pekerja kesehatan melihat ini sebagai sikap tak peduli."
Penilaian keliru terhadap perempuan ini bisa juga disebabkan oleh miskomunikasi, menurut Pedersen. Sekalipun bahasa Denmark adalah bahasa resmi, orang-orang yang tinggal di luar ibu kota cenderung tak terlalu lancar bahasa tersebut.
"Banyak pasien saya tak bisa bahasa Denmark dengan fasih dan banyak staf rumah sakit yang tak bisa bicara bahasa Greenland," kata Lars Pedersen.
Ia juga berpikir tak bisa megharapkan solusi dari Denmark untuk menyelesaikan masalah orang-orang Greenland.
"Kita perlu memikirkan ulang fokus kita. Fokusnya seharusnya adalah mengatasi kekerasan, penyalahgunaan dan alkoholisme yang menjadi alasan-alasan bagi kehanilan yang tak diinginkan."