Greenland: Mengapa di negara ini banyak kehamilan yang tidak diinginkan?
Greenland merupakan negara dengan tingkat aborsi tertinggi di dunia, sekitar 50% perempuan yang hamil memilih untuk aborsi. Apa alasan mereka?
"Ibuku tak pernah bicara tentang kesehatan seksual saya. Saya menemukan beberapa hal dari sekolah, tapi lebih banyak dari teman-teman saya," katanya.
Keluarga di Greenland menunda atau menghindar dari perbincangan soal seks karena hal itu dianggap canggung dan sulit, menurut sebuah studi yang diterbitkan oleh International Journal of Circumpolar Health.

Angka bunuh diri tertinggi
Selain angka aborsi yang tinggi, Greenland juga memiliki angka bunuh diri yang tinggi yaitu 83 pada setiap 10.000 orang per tahun menurut data dari International Journal of Circumpolar Health.
Menjadi remaja dan orang muda di Greenland itu sulit, dan kelompok umur ini mendominasi statisik, dengan laki-laki muda mendominasi lebih dari separuh angka bunuh diri.
"Dalam kebanyakan kasus, mereka yang tumbuh dengan kekerasan lebih mungkin melakukan bunuh diri," kata Lars Pedersen, seorang psikolog yang menghabiskan beberapa tahun bekerja di Greenland.
Pada tahun 1953, Greenland menjadi bagian dari Kerajaan Denmark. Bahasa Denmark dipromosikan menjadi bahasa resmi, dan masyarakat serta keadaan ekonomi berubah secara dramatis.
Inuit, yang merupakan penduduk asli Greenland sebanyak 88 persen dari keseluruhan populasi, harus menemukan jalan untuk beradaptasi dengan masyarakat modern sementara terus mempertahankan warisan budaya mereka.
"Greenland beralih dari masyarakat Inuit tradisional menuju kehidupan modern. Konsumsi alkohol meningkat menyebabkan kekerasan dan kekerasan seksual."
"Kebanyakan orang di Greenland kenal dengan seseorang yang melakukan bunuh diri," kata Pedersen.

Aborsi gratis
Banyak yang menyarankan agar Greenland mulai mengenakan biaya untuk aborsi guna menurunkan angka aborsi ini.
Beberapa lagi berpendapat bahwa perempuan melakukan aborsi tidak ada kaitannya dengan fakta bahwa aborsi gratis dan mudah diakses di Greenland.
Di Denmark - dimana aborsi juga mudah diakses dan relatif gampang - jumlahnya jauh lebih rendah, yaitu 12 per 1,000 perempuan.
Dokter Norwegia Profesor Johanne Sundby pernah bekerja di Greenland dengan perempuan dan anak-anak yang menjadi korban kekerasan.
Ia mengatakan bahwa pasien tidak seharusnya membayar utuk prosedur aborsi, "Saya sepenuhnya menentang hal itu. Itu akan membuka pasar yang tak terkendali yang dilakukan dengan cara murah dan berbahaya."

Proyek boneka