Sabtu, 4 Oktober 2025

Dilan 1991: Nostalgia, 'kebangkitan' film nasional, wawancara Pidi Baiq, dan segala kontroversinya

Sejak diputar di bioskop pada Februari lalu, film remaja Dilan 1991 dilaporkan telah menyedot penonton hingga lima juta orang. Mengapa film

Menurutnya, hal ini ditandai dengan makin banyaknya film nasional yang mencapai jumlah penonton di atas satu juta.

"Tahun 2015, satu atau dua (film) yang (penontonnya) mencapai satu juta, tapi makin ke sini, yaitu 2016, 2017, 2018, bahkan sampai enam film," jelas Ekky.

Meski demikian, Ekky memberi catatan, jumlah tersebut masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan populasi penduduk Indonesia.

Lebih lanjut dia mengatakan, dalam kebangkitan industri film ini, kehadiran film Dilan 1990 dan Dilan 1991 "menjadi salah satu penyumbang terbesar setelah film Warkop Reborn".

"Mereka (film Dilan 1990 dan Dilan 1991) punya bahasa audio visual yang berbeda, punya dialog-dialog yang berbeda, punya pendekatan yang berbeda," kata Ekky.

"(Dua film itu memberi) Tawaran yang lebih segar dan baru pada penonton yang lama-lama makin pintar dan tidak mau itu-itu saja," tambahnya.

'Rayuan gombal' itu, sambungnya, mengalahkan elemen sinematografi dan hal-hal teknis lain dalam film Dilan. "Yang jadi meme kan rayuan gombalnya," ujarnya.

Faktor lain yang membuat Dilan berbeda dengan film nostagia lainnya, demikian analisa Ekky, Dilan dianggap 'tokoh baru', meski menampilkan nostalgia.

"Sementara film-film nostalgia lainnya menampilkan ikon lama," jelasnya.

Pro-kontra Dilan 1990: Isu Syiah dan poster Khomeini

Dalam perjalanannya, film laris ini juga mengundang pro-kontra di masyarakat, terutama ketika ada tuduhan bahwa film itu dianggap mengampanyekan Syiah.

Tudingan Syiah diarahkan kepada penulis novel ini, Pidi Baiq, karena sosok pemimpin spiritual dan pemimpin Revolusi Islam Iran, Ayatollah Khomeini, muncul dalam novel yang diterbitkan penerbit DAR! Mizan ini.

Di novel Dilan 1990, ada adegan antara Bunda (ibu Dilan) dan Milea yang sedang berada di kamar Dilan yang penuh dengan poster tokoh terkenal, salah satunya Ayatollah Khomeini.

Diceritakan dalam novel itu, Khomeini adalah tokoh revolusioner dan imam besar Iran yang disukai Dilan. Namun adegan itu tidak ada di filmnya.

Salah satu pihak yang menuding karya novelis Bandung ini berbau Syiah adalah organisasi Persatuan Islam (Persis) Jawa Barat.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved