Jumat, 3 Oktober 2025

Penembakan di Selandia Baru: Apakah pelaku bekerja sendirian?

Polisi mengatakan beberapa orang lain yang ditangkap usai aksi penembakan yang menewaskan 50 orang di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru,

Tarrant telah dikembalikan ke tahanan tanpa pembelaan dan dijadwalkan kembali hadir di pengadilan pada tanggal 5 April mendatang.

Hakim ketua memutuskan bahwa wajah tersangka harus dikaburkan dalam foto dan video untuk mempertahankan haknya atas persidangan yang adil.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan Tarrant memiliki lisensi senjata api dan memiliki lima pucuk senapan.

Bagaimana kronologi peristiwa?

Laporan pertama terjadinya penembakan datang dari Masjid Al Noor di pusat kota Christchurch saat salat Jumat pukul 13:40 waktu setempat.

Pelaku menyetir ke arah masjid, memarkir mobilnya dan memberondong dengan senapan sembari berjalan masuk ke dalam masjid melalui pintu utama. Dia menembak laki-laki, perempuan bahkan anak-anak selama lima menit. Dia menyiarkan aksinya tersebut melalui kamera yang dipasang di kepalanya dan dia pun menyebutkan identitasnya di video tersebut.

Pelaku kemudian mengemudi sejauh lima kilometer menuju masjid lainnya di Linwood, di mana aksi penembakan kedua terjadi.

Map of the route of the attack
BBC

Perdana Menteri Ardern mengatakan senapan yang digunakan pelaku telah dimodifikasi dan mobil yang dikendarai pelaku penuh dengan senjata, yang menunjukkan "niat pelaku untuk melakukan lebih banyak serangan".

Pelaku mendapatkan lisensi kepemilikan senjata pada November 2017 yang membuatnya bisa membeli semua senapan yang dia gunakan dalam serangan tersebut.

Pelaku tidak termasuk dalam radar dinas keamanan di Australia dan Selandia Baru.

A silver fern is projected onto the sails of the Opera House in commemoration of the victims of the Christchurch massacre on March 16, 2019
Getty Images
Sydney Opera House memproyeksikan daun pakis perak sebagai tanda belasungkawa bagi keluarga korban yang tewas dalam serangan teror di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru.

Sebelum terjadinya serangan, akun media sosial atas nama Brenton Tarrant digunakan untuk mengunggah manifesto bernada rasis, di mana dia juga menyebut dua masjid yang menjadi target serangan.

Manifesto itu diberi judul 'The Great Replacement', yang diambil dari frase di Prancis yang kerap digunakan oleh ekstremis anti-imigran Eropa. Pelaku disebut telah merencanakan aksinya setelah kunjungannya ke Eropa tahun 2017 dan terpicu oleh peristiwa serangan di wilayah tersebut.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved