Prancis tarik duta besar dari Italia, mengapa perseteruan diplomatik dua negara tetangga ini membesar?
Pejabat tinggi Italia mendukung kelompok anti-pemerintah Prancis. Hubungan buruk kedua negara pun semakin dalam.
Perseteruan diplomatik antara Prancis dan Italia semakin dalam. Prancis mengeluhkan 'klaim aneh dan serangan tak berdasar' yang dinyatakan pejabat tinggi Italia.
Prancis memanggil pulang duta besar mereka untuk Italia, Kamis (07/02). Mereka menyebut situasi diplomatik seperti ini tak pernah terjadi sejak akhir Perang Dunia II.
Perseteruan ini muncul setelah Wakil Perdana Menteri Italia, Luigi Di Maio, bertemu dengan para demonstran 'jaket kuning' di dekat Paris, Selasa (02/02) lalu.
Prancis memperingatkan Di Maio untuk tidak ikut campur masalah dalam negeri mereka.
Hubungan antara dua negara pendiri Uni Eropa itu memanas sejak Gerakan Bintang Lima yang populis serta sayap kanan, Partai Liga, membentuk pemerintahan koalisi Italia, Juni 2018.
Sejak saat itu, Prancis dan Italia berseteru dalam sejumlah isu, termasuk imigrasi.
Apa yang dilakukan Di Maio?
Perseteruan terbaru bermula setelah Di Maio, pemimpin Gerakan Bintang Lima, bertemu penggerak kelompok anti-pemerintah, kelompok jaket kuning alias gilets jaunes, Kamis kemarin.
Di Maio mengunggah foto ke Twitter, yang memperlihatkan dirinya berpose bersama pemimpin kelompok jaket kuning, Christophe Chalencon, dan sejumlah anggota gerakan oposisi itu yang akan mengikuti pemilihan parlemen Uni Eropa, Mei mendatang.
Apa reaksi Prancis?
"Selama beberapa bulan, Prancis telah menjadi subjek gugatan berulang-ulang, serangan tak berdasar, dan klaim yang aneh," kata Kementerian Luar Negeri Prancis.
"Intervensi terakhir menegaskan provokasi baru yang tak dapat diterima. Hal-hal ini melanggar kehormatan yang diterima secara demokratis oleh negara yang merupakan kolega dan sekutu.
"Ketidaksetujuan adalah satu hal, namun mengeksploitasi hubungan baik demi tujuan elektoral adalah hal lain," demikian pernyataan resmi Prancis.

Sejawat Di Maio, Wakil Perdana Menteri Italia, Matteo Salvini, belakangan mengaku senang jika ia menunda pembicaraan dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron.
Namun untuk memperbaiki hubungan, Salvini menyebut Prancis harus terlebih dulu menuntaskan sejumlah persoalan mendasar.