Bentrokan di Paris: 'Protes warga Prancis bukan hanya soal harga BBM'
Beragam kalangan, dari kelompok kiri dan kanan, bahkan pendukung Presiden Macron, turun ke jalan memprotes berbagai kebijakan pemerintah Prancis
Bentrokan antara ribuan pengunjuk rasa dan pasukan kepolisian di Paris, Prancis, terjadi Sabtu (24/11), dalam demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar minyak.
Namun kekisruhan itu dinilai juga dipicu isu lain seperti pajak dan biaya hidup masyarakat yang terus meningkat.
"Orang-orang yang menyerang polisi sangatlah memalukan," kata Presiden Prancis, Emmanuel Macron, melalui akun Twitternya.
Macron menambahkan, "Tak ada tempat untuk kekerasan di republik ini."
- Mengapa orang Prancis tidak menunjukkan rasa semangat
- Pengadilan Spanyol 'salah artikan' pasal perkosaan, gelombang protes bermunculan
- Murid di Prancis dilarang pakai ponsel pintar di sekolah mulai September ini
Kerusuhan besar di Paris terjadi di Champs-Elysées. Setidaknya lima ribu polisi diturunkan untuk mengawal para pengunjuk rasa yang mengenakan rompi kuning.
Polisi memasang pembatas berbahan logam di Champs-Élysées untuk mencegah demonstran mendekat ke objek vital seperti kantor kepresidenan dan gedung parlemen.
Namun Juru Bicara Gerakan Rompi Kuning, Laetitia Dewalle, menegaskan mereka menggelar unjuk rasa damai.
"Kami berada di sini bukan untuk bertikai dengan polisi. Kami hanya ingin pemerintah mendengarkan keinginan kami," kata Dewalle kepada kantor berita AFP.

Bagaimanapun, sejumlah pengunjuk rasa terlihat menerobos barisan polisi. Sebagian dari demonstran menyalakan suar dan merusak rambu-rambu lalu lintas.
Terlihat pula beberapa pengunjuk rasa yang mengambil batu trotoar dan melemparkannya ke barisan polisi. Mereka juga meneriakkan slogan-slogan anti-Macron.
Kericuhan itu berlangsung sejak pagi hingga petang dan berakhir saat kepolisian mengosongkan kawasan Champs-Élysées.
Bukan cuma soal BBM
Analisis Lucy Williamson, BBC News, Paris
Protes yang dipaparkan kelompok demonstran jelas. Namun sebenarnya terdapat hal lain yang menyatukan Gerakan Rompi Kuning ini, di luar kemarahan mereka tentang peningkatan pajak dan biaya hidup sehari-hari.
Di sebuah negara di mana demonstrasi kerap diinisiasi partai politik dan serikat buruh, Gerakan Rompi Kuning terlihat berbeda.