Jumat, 3 Oktober 2025

LIFEs: Hoaks politik yang menjadi 'kata dalam cahaya' di pesta sastra

Bukan hal yang terlalu gampang mencari kaitan antara hoaks -istilah yang belakangan begitu mendominasi dalam hampir segala bentuk dan topik

Berlainan dengan Bangsawan cerdik Don Quixote dari La Mancha, yang prosaik -karena memang novel, dan penuh dengan letupan adegan-adegan tak terduga -misalnya penciptaan hoaks paling dikenal di kisah Don Quixote, ketika ia mengobarkan perang terhadap lebih dari 30 kincir angin yang diperlakukannya sebagai mahluk-mahluk raksasa yang harus ditaklukkan.

"Don Quixote ini, ya Miguel de Cervantes, pengarangnya, luar biasa," kata Goenawan. "Dari segi bentuk, ia kejadian-kejadian, tokoh, bermunculan seenaknya saja. Cervantes memembuat kepengarangan jadi relatif," kata GM, panggilan Goenawan.

"Don Quixote mungkin tokoh khayal yang paling masyhur di dunia," dengan perilaku yang begitu mokal-mokal.

Seorang yang bisa jadi delusional, yang mengejawantahkan khayalannya dalam langkah-langkah tak terduga, Misalnya, dua hal yang digaris bawahi dalam pentas ini, bagaimana memperlakukan kudanya yang kurus kering seakan kuda perang gagah perkasa, yang lalu ia beri nama Rocinante.

Juga bahwa ia, bersama pembantu setianya, Sancho Panza, harus melakukan berbagai perbuatan luhur, mulia, heroik, demi Dulcinea, perempuan pujaan, sang kekasih yang tak pernah ada, yang sekadar rekaan angannya belaka: sekedar hoaks.

Lebih dari itu, kata GM, Don Quixote, yang diterbitkan pertama kali tahun 1605, disusul buku keduanya 1615 (berapa tahun lalukah itu?) adalah peletak dasar novel modern.

"Dalam Don Quixote, seperti dicatat Muilan Kundera, untuk pertama kalinya karya sastra itu menampung suara-suara yang beragam. Sebelumnya cerita sastra itu satu suara, merupakan hikayat. "

Dalam Don Quixote, katanya, terdapat kerumitan. Dan kaya dengan humor.

Dan yang ingin digaris bawahi GM adalah, Don Quixote digambarkan Cervantes, menjelajahi bagian-bagian pelosok dari sejarah Spanyol, "dan bukan bagian sejarah yang besar."

"Don Quixote dibawa memasuki dunia Islam, dengan pemunculan tokoh, dengan percakapan tentang seni bangsa Moor yang dibicarakan secara simpatik," tambah GM.

"Dan bahkan, Cervantes menyebutkan, kisah Don Quixote ini sebetulnya bukan bikinan dia, tapi berasal dari seorang sejarawan Muslim, bangsa Mur -orang Afrika Utara- namanya Sayid Hamid Benanggeli," papar GM lagi,

Apakah Sayid Hamid ini benar-benar ada, atau hoaks, yang harus dicatat adalah Cervantes memunculkan sosok itu dengan simpatik, ketika Spanyol masih kental dengan suasana inkuisisi.

Di LIFE's ini GM kembali muncul, kali ini bersama Sapardi Djoko Damono, sesama penyair dari generasi yang sama.

"Jadi kami membuat diskusi ini, dengan judul 'dua penyair dan novel perdana mereka,' karena mereka ini dua-duanya penyair hebat dengan pencapaian-pencapaian puncak, tapi untuk novel, mereka baru menerbitkannya setelah usia 70," kata Ayu, direktur LIFE's.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved