Senin, 6 Oktober 2025

Pendukung timnas Senegal di Indonesia: Dari bisnis batik hingga diteriaki 'orang hitam'

Meskipun jauh dari rumah, komunitas Senegal di Indonesia punya cara untuk merayakan kehadiran negara mereka di Piala Dunia.

Muhammad mengirim garmen ke lima negara, Pantai Gading, Kongo, Togo, Mali dan Senegal. Pakaian yang paling banyak dijualnya adalah baju bola dan batik.

"Setiap bulan, saya sendiri menjual kira-kira 7.000 lusin, baju bola, baju bayi dan batik," kata dia.

Rupanya batik makin diminati di negara-negara di Afrika. Muhammad memesan batiknya secara khusus ke Pekalongan dan Solo.

Meski demikian, Sulaimane dan Muhammad merasakan bisnis di Indonesia semakin sulit.

"Sekarang makin sepi karena harganya naik parah, misalnya dulu barang harganya Rp100 ribu, sekarang jadi Rp180 ribu," kata Muhammad.

Salah satu alasan turunnya omset bisnis Sulaimane adalah karena persaingan dengan negara lain. Banyak pelanggannya, yang berasal dari Mali, Senegal, Burkina Faso, Nigeria sampai Niger, memilih untuk membeli barang dari Cina.

"Dulu sebulan saya bisa mengirim dua kontainer barang, tapi sekarang setiap tahun selalu menurun," kata Sulaimane. Meski demikian, dia tak ingin memindahkan bisnisnya ke Cina.

Sesama negara mayoritas Islam

Alasan utama Muhammad dan Sulaimane betah tinggal di Indonesia dan tak ingin memindahkan bisnisnya ke negara lain adalah karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.

"Indonesia sama seperti di Senegal yang mayoritas muslim, meskipun di Senegal kami mengikuti Imam Maliki sementara Indonesia Syafii," kata Sulaimane yang saat diwawancara mengenakan gamis warna ungu dan peci putih.

Senegal, seperti juga Indonesia, adalah negara yang lebih dari 90% penduduknya beragama Islam meskipun bukan negara Islam.

"Di Indonesia Islamnya bagus, bisa salat lima waktu berjamaah, Alhamdulillah," kata Sulaimane.

Tak jauh dari kantornya, ada dua masjid yang biasa mereka pakai untuk salat berjamaah. Di Indonesia, Muhammad mengaku bisa beribadah dengan lebih baik karena lingkungannya lebih mendukung.

Menurutnya, Komunitas Senegal di Jakarta saling mendukung dan mengingatkan untuk beribadah. "Kalau waktu salat tidak ke masjid, pasti kamu malu. Di sini komunitasnya 99% pasti ikut ke masjid untuk salat lima waktu," kata Muhammad.

Di Senegal, dia menjelaskan, letak masjid agak berjauhan sehingga biasanya dia hanya dapat salat berjamaah ke masjid dua kali sehari.

"Rasisme itu wajib"

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved