Sabtu, 4 Oktober 2025

Baju putih Razan al Najjar, kode penyelamat 'yang diabaikan' penembak jitu Israel

Penembakan perawat Palestina Razan al Najjar membuat tenaga medis di Gaza, yang memiliki prosedur kerja tertentu, khawatir tidak ada lagi jaminan

Penembakan terhadap perawat Palestina Razan al Najjar membuat para tenaga medis di Gaza khawatir tidak ada lagi jaminan terhadap keselamatan mereka saat bertugas.

Soalnya selama ini, tenaga medis di Jalur Gaza sebenarnya sudah memiliki prosedur ketika membantu orang-orang yang terluka agar tidak menjadi korban sniper atau penembak jitu Israel.

Namun penembakan atas Razan membuat mereka menjadi khawatir jika prosedur itu tidak membantu lagi.

Prosedur yang selama ini ditempuh adalah mengenakan baju putih dengan garis warna yang mencolok untuk memastikan penembak jitu mengenali mereka dari jarak jauh.

Saat mendekati korban yang jatuh di dekat pagar perbatasan Gaza-Israel, mereka akan bergerak perlahan, mengangkat tangan, dan berteriak keras-keras, "Jangan menembak, ada yang terluka."

Prosedur ini penting agar di antara ban-ban yang terbakar dan asap dari gas air mata, mereka tetap dikenali sebagai tenaga medis dan tidak akan ditembak tentara Israel.

Sabrine al Najjar
Getty Images
Ibunda Nazar, Sabrine al Najjar, saat menghadiri pemakaman Nazar.

Namun, itu tadi, prosedur tersebut dikhawatirkan tak bisa lagi menjadi jaminan keselatan setelah perawat dari Desa Khuza'a, Gaza, Razan al Najjar tewas terkena tembakan sniper pada Jumat, 1 Juni lalu.

"Razan selalu berpikiran baju putih yang ia kenakan akan bisa melindunginya," kata Sabrine al Najjar, ibunda Razan, beberapa hari setelah pemakamannya yang dihadiri ribuan orang.

"Dunia tahu apa arti baju putih yang ia kenakan," tambah Sabrine dalam wawancara dengan koran Inggris The Guardian di rumahnya di Khuza'a.

Pada Jumat, 1 Juni, Razan terjatuh setelah dadanya tertembus peluru tajam saat tengah mendekati korban dan nyawanya tak bisa diselamatkan lagi.

Sabrine -dalam perbincangan dengan wartawan situs berita Middle East Eye- mengatakan tentara Israel tahu siapa Razan, ""Mereka tahu ia adalah tenaga medis yang membantu merawat para demonstran yang terluka."

"Peluru tepat diarahkan ke dadanya, ini bukan peluru nyasar," tegasnya yakin anaknya sengaja ditembak.

Israel rilis video Razan

Aksi unjuk rasa di perbatasan Jalur Gaza-Israel sering digelar sejak 30 Maret, yang disebut sebagai the Great March of Return, untuk menuntut hak bagi rakyat Palestina kembali ke rumah-rumah mereka setelah diusir pada 1948.

Pada hari Razan mati tertembak, empat tenaga medis Palestina lain terluka saat merawat sekitar 100 demonstran, 40 di antaranya terkena tembakan peluru tajam tentara Israel.

Aksi protes warga Gaza
EPA
Aksi protes warga Gaza di dekat perbatasan dengan Israel untuk menuntut hak kembali bagi rakyat Palestina yang diusir pada 1948.

Halaman
12
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved