Kamis, 2 Oktober 2025

Kisah Mata Hari, mata-mata Eropa yang pernah tinggal di Jawa Timur

Mata Hari adalah nama julukan untuk perempuan Belanda yang berprofesi sebagai penari dan agen mata-mata. Dokumen yang baru dirilis Prancis menjelaskan

Sebuah kendaraan abu-abu milik militer Prancis bertolak dari Penjara Saint-Lazare di Paris, pada pagi hari tanggal 15 Oktober 1917. Di dalamnya, selain dua biarawati dan pengacara, terdapat seorang perempuan Belanda berusia 41 tahun yang mengenakan jubah panjang dan topi lebar.

Satu dekade sebelumnya, perempuan ini bersentuhan dengan orang-orang penting di berbagai ibu kota negara di Eropa. Berkat keterampilannya dalam menari, 'perempuan maut' ini mampu menggaet beragam kekasih, termasuk menteri, pebisnis kaya, dan jenderal.

Dunianya berubah ketika Eropa dilanda Perang Dunia I. Dia mengira dirinya bisa bertahan di Eropa dengan mengandalkan karisma. Namun, para pria berkuasa menginginkan sesuatu darinya yang lebih dari sekadar hubungan seks. Mereka menghendaki informasi.

Dan itu berarti spionase, mata-mata.

Perempuan tersebut adalah Mata Hari. Kereta yang bertolak dari penjara Saint-Lazare pada 15 Oktober 1917 membawanya kepada regu tembak. Ajal menantinya.

Kejahatannya antara lain menjadi agen mata-mata Jerman serta mengorek rahasia dari para perwira Sekutu yang menidurinya dan meneruskan informasi itu ke bosnya. Tuduhan itu menuntun sejumlah surat kabar untuk berkesimpulan bahwa dia bertanggung jawab atas pengiriman ribuan serdadu Sekutu menuju kematian.

Akan tetapi, bukti-bukti yang diperlihatkan saat pengadilan, ditambah beberapa dokumen lainnya, menunjukkan bahwa dia sejatinya agen ganda dan kemungkinan mati sebagai kambing hitam.

Titik terang

Kini, 100 tahun setelah kematian Mata Hari, muncul sebuah titik terang yang dapat menjelaskan keterlibatan perempuan tersebut dalam Perang Dunia I.

Titik terang itu datang dalam wujud berbagai dokumen yang dirilis Kementerian Pertahanan Prancis, termasuk transkrip interogasi Mata Hari oleh dinas antispionase Prancis pada 1917.

Ada pula surat-surat telegram yang dikirimkan atase militer Jerman di Madrid ke Berlin yang berujung pada penangkapan Mata Hari di sebuah hotel di Champs-Elysees, Paris. Belakangan surat-surat tersebut menjadi bukti kunci dalam persidangannya.

Beberapa dokumen itu kini dipamerkan di Museum Fries, Leeuwarden, Belanda—kampung halaman Mata Hari.

Mata Hari
PA
Mata Hari menghadap regu tembak di pinggir Kota Paris, pada 1917. Ada keraguan bahwa foto ini diambil dari sebuah film kontemporer saat itu.

Lahir dengan nama Margarethe Zelle pada 1876, Mata Hari mengalami kehidupan luar biasa sekaligus tragis. Setelah menikah dengan perwira Belanda keturunan Skotlandia, Kapten Rudolf Macleod, Zelle hijrah ke Malang, Jawa Timur, pada 1897 yang saat itu masih menjadi daerah kekuasaan Hindia Belanda.

Pernikahan itu tak berjalan langgeng dan berakhir dengan perceraian. Selanjutnya dia bertolak ke Paris dan menamai dirinya dengan sebutan Mata Hari sebagai nama panggung untuk pertunjukan menari bergaya erotis.

"Kalaupun dia tidak menjadi mata-mata, Mata Hari akan dikenang sampai sekarang atas apa yang dia lakukan di kota-kota besar Eropa pada bagian awal abad lalu," kata Hans Groeneweg, kurator Museum Fries.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved