Minggu, 5 Oktober 2025

Orang-orang yang dipukuli babak belur karena menjadi gay

Enam orang yang mengalami serangan kebencian homofobia berbagi kisah-kisah mereka.

Lalu ada yang berteriak, "Hombreng!" Kakak saya itu membalikan badan dan menjawab, "Saya mungkin gay tetapi..."

Dan kemudian terjadilah pertengkaran. Ia ditendang di selangkangannya dan dipukuli.

Mereka menendanginya, menginjak-injaknya dan meneriakinya.

Ini mengguncangkan, betul-betul mengguncangkan. Saya tidak bisa memercayainya. Ada segerombolan orang di sekelilingya, yang bisa dilihat di rekaman CCTV. Bagaimana Anda bisa meninggalkan seseorang begitu saja dalam keadaan seperti itu? Mengapa mereka tidak kembali kepadanya dan memeriksa bagaimana keadaannya? Pertanyaan-pertanyaan itu masih terus menghantui benak saya. Bagaimana bisa orang-orang mengacuhkan dan meninggalkannya begitu saja?

Ian dirawat di rumah sakit selama 18 hari. Saat saya sampai di sana ia tidak sadarkan diri dan kedua matanya lebam. Napasnya terputus-putus. Pengalaman memberitahu saya bahwa ini adalah napas terakhir. Ia mengalami sedikit kesulitan kemudian berhenti bernapas. Dan ia meninggal dunia. Kami berada di sisinya. Sangat sedih.

Ribuan orang gay dan straight hadir membawa lampu bersama-sama dalam acara yang luar biasa di Trafalgar Square untuk mengenang Ian dan mengutuk apa yang terjadi. Acara itu begitu magis dan sepadan untuk Ian. Persis di seberang jalanan tempat ia terakhir sadarkan diri. Saya pergi ke sana beberapa kali untuk menatapnya. Sesuatu yang sungguh berarti. Saya mengenal betul pohon itu. Ia bagian dari Alun-alun Trafalgar sekarang.

Dulu kami suka berkata, "Kita akan selalu bisa tinggal bersama saat bertambah tua dan pensiun. Kita akan jadi seperti Darby dan Joan dan mengadakan perjamuan teh." Lalu kami tertawa. Sepertinya saya akan semakin merindukannya seiring saya bertambah tua.

Anda tidak bisa menyimpan kebencian dan saya pikir kebencian adalah hal yang bersifat sangat memecah belah untuk dipertahankan. Saya sedang memulai program peradilan restoratif dan berharap itu akan memberikan saya rasa penyelesaian dan juga membantu para pelaku. Saya ingin bertemu mereka semua. Mereka masih hidup dan mereka punya kehidupan. Saya peduli dengan apa yang terjadi dengan orang dan saya tahu beberapa orang tidak mempunyai keuntungan yang sama dengan yang lain. Sebenarnya saya berpikir ia (Ian) akan mendukung saya melakukan ini dan ini akan sangat membantu saya berjalan maju. Saya punya banyak harapan.

Ruby Thomas dan Joel Alexander dinyatakan bersalah atas pembunuhan berencana. Thomas dihukum tujuh tahun penjara dan Alexander dihuk um enam tahun penjara.

grey_new
BBC
Paul Harfleet taking a photo of a pansy that he has planted
BBC

Selama 12 tahun terakhir, Paul Harfleet telah menanam ratusan bunga pansy di seluruh dunia di tempat-tempat terjadinya aksi homofobia - antara lain berbagai lokasi di Austria, Swedia, Turki dan Amerika Serikat.

Ini dimulai di Manchester pada tahun 2005 ketika saya mengalami tiga kasus homofobia yang berbeda dalam satu hari. Setiap kali orang sangat terkejut bahwa saya memiliki pengalaman ini dan saya berpikir, "Saya harus melakukan sesuatu mengenai hal ini."

Saya mulai menanam bunga pansy di manapun saya mengalami pelecehan. Saya ingin melakukan sesuatu yang mengubah lokasi tersebut. Saya tidak pernah ingin ada papan nama apapun, harus sesuatu yang halus namun mencolok, seperti bagaimana orang melihat saya di jalanan. Bunga pansy dipilih karena 'pansy' juga merupakan istilah ejekan terhadap kaum LGBT. Jadi Anda dapat mengerti dan membaca maksudnya hanya dengan melihatnya di sana.

Tidak lama, orang-orang pun memberitahu saya di mana mereka pernah mengalami kekerasan dan saya menanam Pansy untuk mereka juga. Jika saya menanam bunga untuk seseorang yang dibunuh saya biasanya mendedikasikannya kepada orang tersebut. Saya memotretnya dan memasangnya di situs web saya.

Saya sering menamakan pansy (yang saya tanam) sesuai dengan kekerasan yang terjadi. (Bunga) yang pertama saya tanam dinamai: "Saya pikir sudah waktunya kita pergi menyambar lagi para gay." Saat itu dua pegawai konstruksi yang duduk di atas tembok mengatakan hal tersebut di depan muka saya dan saya begitu terkejut saya tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved