Orang-orang yang dipukuli babak belur karena menjadi gay
Enam orang yang mengalami serangan kebencian homofobia berbagi kisah-kisah mereka.
Alex: Saya marah dengan segala yang telah terjadi. Mata saya lebam dan harus menjelaskan kepada anak kami yang berumur enam tahun, kenapa Ibu terluka, kenapa Becky memar-memar. Itu bukanlah sesuatu yang saya ingin jelaskan ke anak saya, bahwa ada kebencian dalam dunia ini. Aneh bahwa hal ini masih terjadi hanya karena siapa yang kita pilih untuk kita cintai. Sekalinya ada pengasuh yang bisa menjaga anak sehingga kami keluar rumah, hal ini terjadi. Kami belum pernah keluar sejak kejadian itu.
Becky: Hal pertama yang dikatakan (lelaki penyerang itu) adalah, "Saya suka perempuan lesbian" dan saya langsung berkata dalam hati, "Ya Tuhan, betapa orang jenis ini..."
Alex: Ia memiliki logat Afrika Selatan. Awalnya semuanya berlangsung lumayan menyenangkan. Ia terlihat sedikit mabuk. Saya tidak pernah berlaku kasar ke siapapun. Ia meminta teman-teman kami untuk berciuman. Teman-teman menjawab, 'tidak,' dan saya berkata, '(Hal semacam itu kami lakukan) bukan untuk menyenangkan Anda.'
Becky: Ia melontarkan umpatan seperti 'lesbi!,' yang membuat salah satu teman saya tersinggung. Itu kata-kata yang tidak seharusnya Anda katakan. Kami lalu pergi ke kedai kebab untuk makan. Tapi saya tidak menyangka bahwa akan mengalami serangan.
Alex: Seorang pria lain yang baru saja bergabung lalu mengitari kami dan menatap saya.
Becky: Lalu ia mulai mencoba memegang-megang dan menyentuh kami, meraba payudara Alex dan menggerayanginya. Ia menyebut kami 'lesbi gendut,' dan Alex mendorongnya. Salah satu dari mereka lalu mengayunkan lengannya kepada Alex.
Alex: Saya diraba, ditendang, dan dibantingkan ke lampu jalanan. Istri saya dipukul dan dua teman kami juga dipukul. Memukul perempuan itu salah, dan melakukannya karena kami tidak menginginkan mereka, merupakan hal yang keji dan menjijikan. Saya sangat marah telah dilecehkan karena mencintai istri saya. Esoknya saya harus memakai kacamata karena saya tidak bisa menutupi lebam sekeliling mata saya.
Saya merasa bersalah karena memilih untuk mencintai Becky yang lalu berakibat terjadinya hal itu dalam kehidupan anak saya. Kalau hanya saya dan anak saya, kami terlihat sangat normal. Kami tidak akan menarik perhatian. Tapi berbeda saat kami bersama Becky, karena ia sangat terlihat sebagai seorang gay.
Saya kecewa, sedih, dan marah pada penyerang saya, pada pengadilan, sistem keadilan. Saya hanya berharap dan berdoa hal ini tidak terjadi pada orang lain.
Seorang pria asal Afrika Selata, Sazi Tutani, dinyatakan bersalah sebagai pelaku serangan namun tidak dapat dihukum karena telah terlebih dahulu meninggalkan Inggris dan pulang ke negaranya . Ada surat perintah untuk penangkapannya. Seorang pria lain dinyatakan tidak bersalah atas semua tuduhan.


Ian Baynham meninggal dunia setelah dipukul i dan ditendang i pada suatu malam di bulan September tahun 2009 di Alun -alun Trafalgar, pusat kota London. Saudara perempuannya, Jenny, yang juga gay, berkisah mengenai kematian " sosok tak terpisahkan " dari nya itu .
Ian adalah anak sulung keluarga kami dan empat tahun lebih tua dari saya. Ia memiliki senyuman yang luar biasa, ia benar-benar mencintai kehidupan. Saat keadaan sedang sulit, ia selalu ada dan ia tidak pernah menghakimi siapa pun.
Seiring kami bertumbuh dewasa, kami memilih jalan masing-masing. Di awal usia 20-an, saya pergi ke sebuah pesta gay bersama seorang perempuan. Pesta itu penuh orang. Saya melihat ke seberang ruangan dan mata saya tertambat pada seseorang: 'Lho, itu Ian.'
Ia melihat saya. Ia mendatangi saya, merangkul saya dan berkata, "Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" Dan sejak saat itu kami menyadari bahwa kami sama-sama gay. Momen itu sangat menempa "hubungan yang tidak terpisahkan" ini.