Jumat, 3 Oktober 2025

Pengakuan Pengungsi Rohingya ''Tentara Mengikat Kami Berdua Lalu Memerkosa Kami Secara Bergantian''

Habiba dan saudarinya adalah beberapa warga etnis minoritas Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar ke Banglades.

Editor: Hasanudin Aco
AFP/BBC
Angkatan Bersenjata Myanmar merilis foto yang memperlihatkan tentara berupaya memadamkan api di rumah yang terbakar di kampung orang Rohingya. 

TRIBUNNEWS.COM, DHAKA - Habiba dan saudarinya adalah beberapa warga etnis minoritas Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar ke Banglades.

Mereka memilih melintasi perbatasan untuk menghindari kekerasan yang dilakukan personel militer Myanmar.

Di Banglades, Habiba membagi kisah pilunya yang juga banyak dialami pengungsi perempuan Rohingya yang kabur dari Myanmar.

"Mereka (tentara) mengikat kami berdua lalu memerkosa kami secara bergantian," kata Habiba (20), yang kini ditampung di sebuah kamp pengungsi 20 kilometer dari perbatasan Banglades-Myanmar.

"Di sini kami hampir mati kelaparan. Namun, setidaknya tak ada yang datang ke sini untuk membunuh atau memerkosa kami," kata Hashim Ullah, kakak laki-laki Habiba yang ikut mengungsi bersama saudari-saudarinya.

Baca: Demo Pembantaian Muslim Rohingya, Kedubes Myanmar di Jakarta Digeruduk Massa

Baca: Myanmar dituduh lakukan pembersihan etnik Rohingya

Habiba dan adiknya, Samira (18), mengatakan, tentara memerkosa mereka di kampung halamannya di Desa Udang.

Tak hanya memerkosa, para tentara itu juga kemudian membakar habis kediaman keluarga Habiba.

"Mereka membakar sebagian besar rumah di desa, membunuh banyak orang termasuk ayah kami, dan memerkosa banyak perempuan," tambah Habiba.

"Salah seorang tentara mengatakan, mereka akan membunuh kami jika melihat kami lagi saat mereka singgah lagi di desa. Lalu mereka membakar rumah kami," kenang dia.

Hasim Ullah dan saudari-saudarinya kabur dengan membawa tabungan keluarga sebesar 400 dollar AS atau hanya Rp 5,4 juta.

Mereka kemudian menyeberangi Sungai Naf yang memisahkan negara bagian Rakhine, Myanmar, dan wilayah selatan Banglades.

Hasim Ullah, Habiba, dan Samira menghabiskan waktu selama empat hari bersembunyi di perbukitan bersama ratusan keluarga Rohingya lainnya.

Akhirnya mereka menemukan seorang pemilik perahu yang bersedia menyeberangkan mereka ke wilayah Banglades.

"Namun, dia meminta semua uang yang kami punya," kata Hasim.

Pemilik perahu kemudian meninggalkan Hasim dan adik-adiknya di sebuah pulau kecil di dekat perbatasan.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved